- Dīgha Nikāya
- Dasuttara Sutta
34. Memperluas Kelompok Sepuluh
Demikianlah yang kudengar. Suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Campā di tepi kolam-seroja Gaggarā, bersama lima ratus bhikkhu. Kemudian Yang Mulia Sāriputta berkata kepada para bhikkhu: ‘Teman-teman, para bhikkhu!’ ‘Ya, teman!’ jawab para bhikkhu. Dan Yang Mulia Sāriputta berkata:
‘Dalam kelompok yang meningkat dari satu hingga sepuluh aku akan mengajarkan
Dhamma untuk mencapai Nibbāna,
Agar kalian dapat mengakhiri penderitaan,
Dan terbebas dari segala belenggu yang mengikat.
‘Ada teman-teman, (1) satu hal yang sangat membantu (bahukāro), (2) satu hal yang harus dikembangkan (bhāvetabbo), (3) satu hal yang harus diketahui secara menyeluruh(pariññeyyo), (4) satu yang harus ditinggalkan (pahātabbo), (5) satu hal yang mendukung penyusutan(hāna-bhāgiyo), (6) satu hal yang mendukung keluhuran (visesa-bhāgiyo), (7) satu hal yang sulit ditembus (duppaṭivijjho), (8) satu hal yang harus dimunculkan (uppādetabbo), (9) satu hal yang harus dipelajari secara menyeluruh(abhiññeyyo), dan (10) satu hal yang harus direalisasikan (sacchikātabbo).
- ‘Apakah satu hal yang sangat membantu? Ketanpa-lelahan di dalam kondisi-kondisi yang bermanfaat (appamādo kusalesu dhammesu).
- ‘Apakah satu hal yang harus dikembangkan? Perhatian sehubungan dengan jasmani, yang disertai kenikmatan (kāya-gata sati sāta-sahagatā).
- ‘Apakah satu hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Kontak sebagai kondisi kekotoran dan cengkeraman (phasso sāsavo upādāniyo).
- ‘Apakah satu hal yang harus ditinggalkan? Gagasan-aku (asmimāna).
- ‘Apakah satu hal yang mendukung penyusutan? Perhatian yang tidak bijaksana (ayoniso manasikāro).
- ‘Apakah satu hal yang mendukung keluhuran? Perhatian yang bijaksana (yoniso manasikāro).
- ‘Apakah satu hal yang sulit ditembus? Konsentrasi pikiran yang tidak terputus (ānantariko ceto-samādhi).
- ‘Apakah satu hal yang harus dimunculkan? Pengetahuan yang tidak tergoyahkan (akuppaṁ ñāṇaṁ).
- ‘Apakah satu hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Semua makhluk dipelihara oleh makanan seperti Sutta 33, paragraf 1.8 (1).
- ‘Apakah satu hal yang harus direalisasikan? Kebebasan pikiran yang tidak tergoyahkan (akuppā ceto-vimutti).
‘Itu adalah sepuluh hal yang nyata dan benar, bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah direalisasikan oleh Sang Tathāgata.’
‘Dua hal yang sangat membantu, dua hal yang harus dikembangkan … (1)–(10) seperti di atas.
- ‘Apakah dua hal yang sangat membantu? Perhatian dan kesadaran jernih seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (18).
- ‘Apakah dua hal yang harus dikembangkan? Ketenangan dan pandangan terang seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (23).
- ‘Apakah dua hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Batin dan jasmani seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (1).
- ‘Apakah dua hal yang harus ditinggalkan? Ketidaktahuan dan ketagihan pada penjelmaan seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (2).
- ‘Apakah dua hal yang mendukung penyusutan? Kekasaran dan pertemanan dengan yang jahat seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (6).
- ‘Apakah dua hal yang mendukung keluhuran? Kelembutan dan pertemanan dengan yang baik seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (7).
- ‘Apakah dua hal yang sulit ditembus? Yang merupakan akar, kondisi bagi kekotoran makhluk-makhluk, dan yang merupakan akar, kondisi bagi pemurnian makhluk-makhluk (yo ca hetu yo ca paccayo sattānaṁ saṁkilesāya, … sattānaṁ visuddhiyā).
- ‘Apakah dua hal yang harus dimunculkan? Pengetahuan kehancuran [kekotoran-kekotoran] dan ketidak-munculannya kembali seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (33).
- ‘Apakah dua hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Dua unsur, terkondisi dan tidak terkondisi (saṅkhatā ca dhātu asaṅkhātā ca dhātu).
- ‘Apakah dua hal yang harus direalisasikan? Pengetahuan dan kebebasan seperti Sutta 33, paragraf 1.9 (32).
‘Itu menjadi dua puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
‘Tiga hal yang sangat membantu, tiga hal yang harus dikembangkan …
- ‘Apakah tiga hal yang sangat membantu? Bergaul dengan orang-orang baik, mendengarkan Dhamma sejati, mempraktikkan Dhamma secara keseluruhan seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (13).
- ‘Apakah tiga hal yang harus dikembangkan? Tiga jenis konsentrasi seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (50).
- ‘Apakah tiga hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Tiga perasaan seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (26).
- ‘Apakah tiga hal yang harus ditinggalkan? Tiga jenis ketagihan seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (16).
- ‘Apakah tiga hal yang mendukung penyusutan? Tiga akar kejahatan seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (1).
- ‘Apakah tiga hal yang mendukung keluhuran? Tiga akar kebaikan seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (2).
- ‘Apakah tiga hal yang sulit ditembus? Tiga unsur menuju kebebasan (nissāraṇīyā dhātuyo): (a) kebebasan dari hal-hal indriawi (kāmā), yaitu, pelepasan keduniawian (nekkhammaṁ), (b) kebebasan dari bentuk-bentuk materi (rūpā), yaitu, yang tanpa materi (āruppaṁ), (c) apapun yang telah dilahirkan, tersusun, muncul dengan kondisi—kebebasan dari hal ini adalah pelenyapan (nirodho).
- ‘Apakah tiga hal yang harus dimunculkan? Tiga pengetahuan (ñāṇāni) masa lampau, masa depan, masa sekarang.
- ‘Apakah tiga hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Tiga unsur seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (13).
- ‘Apakah tiga hal yang harus direalisasikan? Tiga pengetahuan vijjā: seperti Sutta 33, paragraf 1.10 (58).
‘Itu menjadi tiga puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
‘Empat hal yang sangat membantu, empat hal yang harus dikembangkan …
- ‘Apakah empat hal yang sangat membantu? Empat “roda” (cakkānī) (a) tempat yang baik untuk menetap (paṭirūpa-desa-vāso), (b) bergaul dengan orang-orang baik (sappurisūpassayo), (c) pengembangan sempurna kepribadian seseorang (atta-sammā-paṇidhi), (d) perbuatan baik masa lampau (pubbe-kata-puññātā).
- ‘Apakah empat hal yang harus dikembangkan? Empat landasan perhatian seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (1).
- ‘Apakah empat hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Empat nutrisi seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (17).
- ‘Apakah empat hal yang harus ditinggalkan? Empat banjir seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (31).
- ‘Apakah empat hal yang mendukung penyusutan? Empat gandar seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (32).
- ‘Apakah empat hal yang mendukung keluhuran? Empat “pelepasan gandar” seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (33).
- ‘Apakah empat hal yang sulit ditembus? Empat konsentrasi (a) mendukung kemunduran (hīna-bhāgiyo), (b) mendukung kemacetan (ṭhiti-bhāgiyo), (c) mendukung keluhuran (visesabhāgiyo), (d) mendukung penembusan (nibbedha-bhāgiyo).
- ‘Apakah empat hal yang harus dimunculkan? Empat pengetahuan seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (11).
- ‘Apakah empat hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Empat Kebenaran Mulia seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (12).
- ‘Apakah empat hal yang harus direalisasikan? Empat buah pertapaan seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (15).
‘Itu menjadi empat puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
‘Lima hal yang sangat membantu, lima hal yang harus dikembangkan …
- ‘Apakah lima hal yang sangat membantu? Lima faktor usaha seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (16).
- ‘Apakah lima hal yang harus dikembangkan? Lima konsentrasi sempurna: meliputi dengan sukacita (pīti), (b) meliputi dengan kebahagiaan (sukha), (c) meliputi dengan kehendak (ceto), (d) meliputi dengan cahaya (āloka), (e) “meninjau” gambaran (paccavekkhaṇa-nimitta).
- ‘Apakah lima hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Lima kelompok kemelekatan seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (2).
- ‘Apakah lima hal yang harus ditinggalkan? Lima rintangan seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (6).
- ‘Apakah lima hal yang mendukung penyusutan? Lima belenggu batin seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (19).
- ‘Apakah lima hal yang mendukung keluhuran? Lima indria seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (23).
- ‘Apakah lima hal yang sulit ditembus? Lima unsur menuju kebebasan seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (24).
- ‘Apakah lima hal yang harus dimunculkan? Lima pengetahuan konsentrasi benar (pacañāṇiko sammā samādhi): pengetahuan yang muncul dalam diri seseorang yang: (a) “Konsentrasi ini adalah kebahagiaan sekarang dan menghasilkan akibat bahagia di masa depan.” (āyatiñ ca sukha-vipāko), (b) “Konsentrasi ini adalah milik para Ariya dan bebas dari keduniawian” (nirāmiso), (c) “Konsentrasi ini tidak dipraktikkan oleh mereka yang tidak layak” (akāpurisa-sevito), (d) “Konsentrasi ini tenang dan sempurna, telah mencapai ketenangan, telah mencapai keterpusatan, dan tidak dipicu, tidak dapat disangkal atau dicegah”, (e) “Aku sendiri mencapai konsentrasi ini dengan penuh perhatian, dan keluar dari sana dengan penuh perhatian.”
- ‘Apakah lima hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Lima landasan pembebasan seperti Sutta 33, paragraf 2.1 (25).
- ‘Apakah lima hal yang harus direalisasikan? Lima kelompok Dhamma seperti Sutta 33, paragraf 1.11 (25) ditambah pengetahuan dan penglihatan kebebasan (vimutti-ñāṇa-dassana-kkhandho)
‘Itu menjadi lima puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah direalisasikanoleh Sang Tathāgata.’
‘Enam hal yang sangat membantu, enam hal yang harus dikembangkan …
- ‘Apakah enam hal yang sangat membantu? Enam hal yang harus diingat seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (14..
- ‘Apakah enam hal yang harus dikembangkan? Enam subjek perenungan seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (19..
- ‘Apakah enam hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Enam landasan-indria internal seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (1..
- ‘Apakah enam hal yang harus ditinggalkan? Enam kelompok ketagihan seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (8).
- ‘Apakah enam hal yang mendukung penyusutan? Enam jenis sikap tidak hormat seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (9).
- ‘Apakah enam hal yang mendukung keluhuran? Enam jenis sikap hormat seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (10).
- ‘Apakah enam hal yang sulit ditembus? Enam unsur menuju pembebasan seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (17).
- ‘Apakah enam hal yang harus dimunculkan? Enam kondisi kokoh seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (20).
- ‘Apakah enam hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Enam hal tidak terlampaui seperti Sutta 33, paragraf 2.2 (18).
- ‘Apakah enam hal yang harus direalisasikan? Enam pengetahuan-super (abhiññā): Di sini, seorang bhikkhu mengerahkan dan mencondongkan pikirannya ke arah, dan menikmati, kekuatan-kekuatan supernormal yang berbeda-beda (iddhī). (a) Dari satu, ia menjadi banyak seperti Sutta 2, paragraf 87; b) dengan telinga-dewa ia mendengar suara-suara dewa dan manusia seperti Sutta 2, paragraf 89; c) ia mengetahui dan membedakan pikiran makhluk-makhluk lain seperti Sutta 2, paragraf 91; d) ia mengingat kehidupan-kehidupan lampaunya seperti Sutta 2, paragraph 93; e) dengan mata-dewa … ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali (seperti Sutta 2, paragraf 95; (f) ia berdiam, dalam kehidupan ini, dengan pengetahuan-super dan pencapaiannya sendiri, dalam pencapaian kebebasan pikiran yang tanpa kekotoran dan kebebasan melalui kebijaksanaan.
‘Itu menjadi enam puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
‘Tujuh hal yang sangat membantu, tujuh hal yang harus dikembangkan …
- ‘Apakah tujuh hal yang sangat membantu? Tujuh pusaka seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (1); .
- ‘Apakah tujuh hal yang harus dikembangkan? Tujuh faktor penerangan sempurna seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (2); .
- ‘Apakah tujuh hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Tujuh stasiun kesadaran seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (10); .
- ‘Apakah tujuh hal yang harus ditinggalkan? Tujuh kecenderungan tersembunyi seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (12); .
- ‘Apakah tujuh hal yang mendukung penyusutan? Tujuh praktik salah seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (4); .
- ‘Apakah tujuh hal yang mendukung keluhuran? Tujuh praktik benar seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (5); .
- ‘Apakah tujuh hal yang sulit ditembus? Tujuh kualitas manusia sejati seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (6); .
- ‘Apakah tujuh hal yang harus dimunculkan? Tujuh persepsi seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (8); .
- ‘Apakah tujuh hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Tujuh landasan pujian seperti Sutta 33, paragraf 2.3 (7); .
- ‘Apakah tujuh hal yang harus direalisasikan? Tujuh kekuatan seorang Arahant (khīṇāsava-balāni). Di sini, bagi seorang bhikkhu yang telah menghancurkan kekotoran-kekotoran, (a) ketidak-kekalan dari segala sesuatu yang tersusun terlihat jelas, sebagaimana adanya, melalui pandangan terang sempurna. Ini adalah satu cara yang dengannya ia mengetahui bagi dirinya sendiri bahwa kekotoran-kekotoran telah dihancurkan; (b) … keinginan-indria telah terlihat jelas bagaikan lubang bara menyala …; (c) … pikirannya (cittaṁ) dicondongkan dan terarah pada keterlepasan (viveka), bergerak menuju keterlepasan dan keterlepasan adalah objeknya; bergembira di dalam pelepasan keduniawian (nekkhammābhirataṁ), pikirannya sama sekali tidak menerima segala sesuatu yang berhubungan dengan kekotoran …; (d) … empat landasan perhatian telah dikembangkan dengan baik dan benar…; (e) … lima indria telah dikembangkan dengan baik …; (f) … tujuh faktor penerangan sempurna telah dikembangkan dengan baik …; (g) Jalan Mulia Berunsur Delapan telah dikembangkan dengan baik … Ini adalah satu cara yang dengannya ia mengetahui bagi dirinya sendiri bahwa kekotoran-kekotoran telah dihancurkan.
‘Itu menjadi tujuh puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
Akhir dari bagian pembacaan pertama
‘Delapan hal yang sangat membantu, delapan hal yang harus dikembangkan …
- ‘Apakah delapan hal yang sangat membantu? Delapan penyebab, delapan kondisi yang mendukung kebijaksanaan dalam landasan kehidupan suci, untuk mendapatkan apa yang belum didapatkan dan untuk meningkatkan, memperluas dan mengembangkan apa yang telah didapatkan. Di sini, (a) seseorang menetap bersama Sang Guru atau bhikkhu lain yang memiliki tingkat senioritas seorang guru, karena kokoh dalam hal rasa malu bermoral dan rasa takut bermoral, dalam cinta kasih dan penghormatan … Ia yang dalam posisi demikian (b) dari waktu ke waktu mendatangi gurunya, bertanya dan mewawancarainya: “Bagaimanakah itu, Yang Mulia? Apakah artinya?” Dengan demikian gurunya dapat mengungkapkan apa yang tersembunyi dan menjelaskan apa yang tidak jelas, dengan cara ini berarti membantunya memecahkan persoalannya. (c) Kemudian, setelah mendengarkan Dhamma dari mereka, ia mencapai penarikan (vāpakāsa), jasmani dan pikiran. (d) lebih lanjut lagi, seorang bhikkhu menjadi bermoral, ia hidup sesuai pengendalian disiplin, mempertahankan perilaku benar, melihat bahaya dalam pelanggaran terkecil dan memelihara peraturan latihan. Juga, (e) seorang bhikkhu, setelah belajar banyak, mengingat dalam pikiran apa yang telah ia pelajari, dan hal-hal itu, yang indah di awal, di pertengahan dan di akhir, yang dalam makna dan kata-katanya menyatakan kehidupan suci yang murni dan sempurna sepenuhnya, ia mengingat dan merenungkan, dan menembusnya dengan penglihatan. Kemudian, (f) seorang bhikkhu, setelah mengerahkan usaha, melanjutkan dengan menyingkirkan kondisi-kondisi tidak bermanfaat, berusaha keras dan teguh, dan tidak menyingkirkan gandar kondisi bermanfaat. Kemudian lagi, (g) seorang bhikkhu penuh perhatian, dengan perhatian dan pembedaan tertinggi, mengingat dan apa yang telah ia lakukan atau katakan di masa lalu. Juga, (h) seorang bhikkhu terus-menerus merenungkan muncul dan lenyapnya lima kelompok unsur kemelekatan, berpikir: “Demikianlah jamani, muncul dan lenyapnya, demikianlah perasaan, demikianlah persepsi, demikianlah bentukan-bentukan pikiran, demikianlah kesadaran, munculnya dan lenyapnya.”
- ‘Apakah delapan hal yang harus dikembangkan? Jalan Mulia Berunsur Delapan: Pandangan Benar … Konsentrasi Benar.
- ‘Apakah delapan hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Delapan kondisi duniawi seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (9).
- ‘Apakah delapan hal yang harus ditinggalkan? Delapan faktor salah seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (1).
- ‘Apakah delapan hal yang mendukung penyusutan? Delapan kesempatan kelambanan seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (4).
- ‘Apakah delapan hal yang mendukung keluhuran? Delapan kesempatan untuk berusaha seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (5).
- ‘Apakah delapan hal yang sulit ditembus? Delapan waktu yang tidak menguntungkan untuk menjalani kehidupan suci seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (4), tidak termasuk (d).
- ‘Apakah delapan hal yang harus dimunculkan? Delapan pikiran Manusia Besar (Mahāpurisa-vitakkā): Dhamma adalah (a) untuk seseorang yang memiliki sedikit keinginan, bukan untuk seseorang yang banyak keinginan; (b) untuk seseorang yang puas, bukan untuk seseorang yang tidak puas; (c) untuk seseorang yang menarik diri dari pergaulan, bukan untuk seseorang yang bergembira di dalam pergaulan; (d) untuk seseorang yang bersemangat, bukan untuk seseorang yang malas; (e) untuk seseorang yang kokoh dalam perhatian, bukan untuk seseorang yang kendur dalam perhatian; (f) untuk seseorang yang pikirannya terkonsentrasi, bukan untuk seseorang yang tidak terkonsentrasi; (g) untuk seseorang yang memiliki kebijaksanaan, bukan untuk seseorang yang tidak memiliki kebijaksanaan; (h) untuk seseorang yang bergembira dalam non-proliferasi (nippapañcārāmassa), bukan untuk seseorang yang bergembira dalam proliferasi.”
- ‘Apakah delapan hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Delapan kondisi kemahiran seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (10).
- ‘Apakah delapan hal yang harus direalisasikan? Delapan kebebasan seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (11).
‘Itu menjadi delapan puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
‘Sembilan hal yang sangat membantu, sembilan hal yang harus dikembangkan …
- ‘Apakah sembilan hal yang sangat membantu? Sembilan kondisi yang berakar pada pertimbangan bijaksana (yoniso-manasikāra-mūlakā dhammā): Ketika seorang bhikkhu mempraktikkan pertimbangan bijaksana, (a) kegembiraan (pāmojja) muncul dalam dirinya, dan (b) dari kegembiraannya, sukacita (pīti) muncul, dan (c) dari perasaan sukacitanya itu, indria-indrianya ditenangkan; (d) sebagai akibat dari ketenangan ini ia merasakan kebahagiaan (sukha), dan (e) dari perasaan bahagia ini, pikirannya menjadi terkonsentrasi; (f) dengan pikirannya yang terkonsentrasi demikian, ia mengetahui dan melihat hal-hal sebagaimana adanya; (g) dengan mengetahui dan melihat sebagaimana adanya demikian, ia menjadi kecewa (nibbindati); (h) dengan tidak tertarik ia menjadi bosan (virajjati), dan (i) dengan merasa bosan ia terbebaskan.
- ‘Apakah sembilan hal yang harus dikembangkan? Sembilan faktor usaha untuk mencapai kemurnian sempurna (pārisuddhi-padhāniyangāni): (a) faktor usaha untuk mencapai kemurnian moralitas, (b) … kemurnian pikiran, (c) … kemurnian pandangan, (d) … pemurnian dengan cara mengatasi keragu-raguan (kankhā-vitaraṇa-visuddhi), (e) … pemurnian melalui pengetahuan dan penglihatan terhadap jalan dan bukan-jalan (maggā-maggā-ñāṇa-dassana-visuddhi), (f) … pemunian melalui pengetahuan dan penglihatan terhadap kemajuan (pāṭipadā-ñāṇa-dassana-visuddhi), (g) … pemunian melalui pengetahuan dan penglihatan (ñāṇa-dassana-visuddhi), (h) … pemurnian kebijaksanaan (paññā-visuddhi), (i) … kemurnian pembebasan (vimutti-visuddhi).
- ‘Apakah sembilan hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Sembilan alam makhluk-makhluk seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (3).
- ‘Apakah sembilan hal yang harus ditinggalkan? Sembilan hal yang berakar pada ketagihan : Ketagihan mengkondisikan pencarian, … perolehan, … pengambilan keputusan, … keinginan penuh nafsu, … keterikatan … peruntukan, … ketamakan, … penjagaan kepemilikan, dan karena penjagaan kepemilikan maka muncullah pengambilan tongkat dan pedang, pertengkaran … kebohongan dan kondisi-kondisi buruk yang tidak terampil lainnya. seperti Sutta 15, paragraf 9.
- ‘Apakah sembilan hal yang mendukung penyusutan? Sembilan penyebab kedengkian seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (1).
- ‘Apakah sembilan hal yang mendukung keluhuran? Sembilan cara mengatasi kedengkian seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (2).
- ‘Apakah sembilan hal yang sulit ditembus? Sembilan perbedaan (nānattā): Karena perbedaan unsur (dhātu) maka ada perbedaan kontak (phassa); karena perbedaan kontak maka ada perbedaan perasaan; karena perbedaan perasaan maka ada perbedaan persepsi; karena perbedaan persepsi maka ada perbedaan pemikiran (saṅkappa); karena perbedaan pemikiran maka ada perbedaan kehendak (chanda); karena ada perbedaan kehendak maka ada perbedaan obsesi (pariḷāha); karena perbedaan obsesi maka ada perbedaan pencarian (pariyesanā); karena perbedaan pencarian maka ada perbedaan apa yang diperoleh (lābha).
- ‘Apakah sembilan hal yang harus dimunculkan? Sembilan persepsi (saññā): kejijikan (asubha), kematian, kejijikan makanan (āhāre paṭikkūla saññā), ketidak-senangan terhadap seluruh dunia (sabba-loke anabhirati-saññā), ketidak-kekalan, penderitaan dalam ketidak-kekalan, ketanpa-dirian dalam ketidak-kekalan, pelepasan (pahāna), kebosanan (virāga).
- ‘Apakah sembilan hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Sembilan keberdiaman berturut-turut seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (5).
- ‘Apakah sembilan hal yang harus direalisasikan? Sembilan pelenyapan berturut-turut seperti Sutta 33, paragraf 3.2 (6).
‘Itu menjadi sembilan puluh hal yang nyata dan benar, dan bukan sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
‘Sepuluh hal (1) yang sangat membantu, (2) yang harus dikembangkan, (3) yang harus ditinggalkan, (4) yang harus ditinggalkan, (5) yang mendukung penyusutan, (6) yang mendukung keluhuran, (7) yang sulit ditembus, (8) yang harus dimunculkan, (9) yang harus dipelajari secara menyeluruh, (10) yang harus direalisasikan.
- ‘Apakah sepuluh hal yang sangat membantu? Sepuluh hal yang memberikan perlindungan seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (1).
- ‘Apakah sepuluh hal yang harus dikembangkan? Sepuluh objek untuk pencapaian penyerapan seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (2).
- ‘Apakah sepuluh hal yang harus diketahui secara menyeluruh? Sepuluh bidang indria (āyatanāni): mata dan objek-penglihatan, telinga dan suara, hidung dan bau, lidah dan rasa-kecapan, badan dan objek-sentuhan.
- ‘Apakah sepuluh hal yang harus ditinggalkan? Sepuluh faktor salah seperti Sutta 33, paragraf 3.1 (1) ditambah pengetahuan salah (micchā-ñāṇa) dan kebebasan salah (micchā-vimutti).
- ‘Apakah sepuluh hal yang mendukung penyusutan? Sepuluh perbuatan tidak bermanfaat seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (3).
- ‘Apakah sepuluh hal yang mendukung keluhuran? Sepuluh perbuatan bermanfaat seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (4).
- ‘Apakah sepuluh hal yang sulit ditembus? Sepuluh watak Ariya seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (5).
- ‘Apakah sepuluh hal yang harus dimunculkan? Sepuluh persepsi seperti paragraf 2.2 (8) dan persepsi pelenyapan (nirodha-saññā).
- ‘Apakah sepuluh hal yang harus dipelajari secara menyeluruh? Sepuluh penyebab pemudaran (nijjara-vatthūni): Dengan pandangan benar maka pandangan salah memudar, dan kejahatan dan kondisi tidak bermanfaat apapun yang muncul atas dasar pandangan salah juga memudar. Dan dengan pandangan benar banyak kondisi bermanfaat dikembangkan dan disempurnakan. Dengan pemikiran benar maka pemikiran salah memudar … Dengan ucapan benar maka ucapan salah memudar … Dengan perbuatan benar maka perbuatan salah memudar … Dengan penghidupan benar maka penghidupan salah memudar … Dengan usaha benar maka usaha salah memudar … Dengan perhatian benar maka perhatian salah memudar … Dengan konsentrasi benar maka konsentrasi salah memudar … Dengan pengetahuan benar maka pengetahuan salah memudar … Dengan kebebasan benar maka kebebasan salah memudar, dan kejahatan dan kondisi tidak bermanfaat apapun yang muncul atas dasar kebebasan salah juga memudar. Dan dengan kebebasan benar banyak kondisi bermanfaat dikembangkan dan disempurnakan.
- ‘Apakah sepuluh hal yang harus dicapai? Sepuluh kualitas bukan-pelajar seperti Sutta 33, paragraf 3.3 (6).
Itu menjadi seratus hal yang nyata dan benar, dan buka sebaliknya, yang tidak pernah salahdan dengan sempurna telah dicapai oleh Sang Tathāgata.’
Demikianlah Yang Mulia Sāriputta berkata. Dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-katanya.