Dua Belas Faktor Kemunculan Bergantungan – Paticcasamuppada – Buddha

Array

Dua Belas Faktor Kemunculan Bergantungan

Di sini, para bhikkhu, apakah dua belas faktor kemunculan bergantungan?

Ini adalah: Dengan adanya ini, maka itu ada; dengan munculnya ini, maka itu muncul.

Mereka (juga) adalah:

  1. Dengan ketidaktahuan sebagai kondisi, [muncul] bentukan kehendak.
  2. Dengan bentukan kehendak sebagai kondisi, [muncul] kesadaran.
  3. Dengan kesadaran sebagai kondisi, [muncul] nama-dan-bentuk.
  4. Dengan nama-dan-bentuk sebagai kondisi, [muncul] enam landasan indera.
  5. Dengan enam landasan indera sebagai kondisi, [muncul] kontak.
  6. Dengan kontak sebagai kondisi, [muncul] perasaan.
  7. Dengan perasaan sebagai kondisi, [muncul] ketagihan.
  8. Dengan ketagihan sebagai kondisi, [muncul] kemelekatan.
  9. Dengan kemelekatan sebagai kondisi, [muncul] kelangsungan.
  10. Dengan kelangsungan sebagai kondisi, [muncul] kelahiran.
  11. Dengan kelahiran sebagai kondisi,
  12. Usia tua, kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan muncul.

Demikianlah terdapat kemunculan seluruh kumpulan penderitaan ini.

  1. (Tetapi) dengan lenyapnya ketidaktahuan, lenyap pula bentukan kehendak.
  2. Dengan lenyapnya bentukan kehendak, lenyap pula kesadaran.
  3. Dengan lenyapnya kesadaran, lenyap pula nama-dan-bentuk.
  4. Dengan lenyapnya nama-dan-bentuk, lenyap pula enam landasan indera.
  5. Dengan lenyapnya enam landasan indera, lenyap pula kontak.
  6. Dengan lenyapnya kontak, lenyap pula perasaan.
  7. Dengan lenyapnya perasaan, lenyap pula ketagihan.
  8. Dengan lenyapnya ketagihan, lenyap pula kemelekatan.
  9. Dengan lenyapnya kemelekatan, lenyap pula kelangsungan.
  10. Dengan lenyapnya kelangsungan, lenyap pula kelahiran.
  11. Dengan lenyapnya kelahiran,
  12. Usia tua, kematian, dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputusasaan lenyap.

Demikianlah terdapat kelenyapan seluruh kumpulan penderitaan ini.

5.1 Ketidaktahuan

Di sini apakah ketidaktahuan?

Ini adalah: Tidak mengetahui masa lampau, tidak mengetahui masa depan, tidak mengetahui masa sekarang; tidak mengetahui internal, tidak mengetahui eksternal, tidak mengetahui internal dan eksternal; tidak mengetahui perbuatan, tidak mengetahui akibat, tidak mengetahui perbuatan dan akibatnya; tidak mengetahui perbuatan baik, tidak mengetahui perbuatan buruk, tidak mengetahui perbuatan baik dan perbuatan buruk; tidak mengetahui sebab, tidak mengetahui buah, tidak mengetahui sebab dan buah; tidak mengetahui kemunculan sebab-sebab segala sesuatu, tidak mengetahui kemunculan berkondisi, tidak mengetahui kemunculan berkondisi segala sesuatu; tidak mengetahui Sang Buddha, tidak mengetahui Dharma, tidak mengetahui Sangha; tidak mengetahui penderitaan, tidak mengetahui munculnya [penderitaan], tidak mengetahui lenyapnya [penderitaan], tidak mengetahui jalan [menuju lenyapnya penderitaan]; tidak mengetahui hal-hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, tidak mengetahui hal-hal yang tercela dan tidak tercela, tidak mengetahui apakah hal-hal yang seharusnya dilatih dan tidak seharusnya dilatih, tidak mengetahui hal-hal yang unggul dan rendah, yang gelap dan terang. Sehubungan dengan enam landasan indera, kegelapan, atau tidak adanya penembusan, tidak adanya pengetahuan segala sesuatu sebagaimana adanya, terdelusi sepenuhnya, ketidaktahuan yang menyebabkan kebingungan.

Ini disebut ketidaktahuan.

5.2 Bentukan Kehendak

Dengan ketidaktahuan sebagai kondisi, [muncul] bentukan kehendak dikatakan.

Apakah bentukan kehendak?

Terdapat tiga bentukan kehendak:

  1. Bentukan kehendak jasmani,
  2. Bentukan kehendak ucapan,
  3. Bentukan kehendak pikiran.
  1. Apakah bentukan kehendak jasmani? Napas masuk dan keluar, hal ini sesungguhnya bersifat jasmani, (mereka) bergantung pada jasmani, berhubungan dengan jasmani, muncul bergantung pada jasmani. Oleh sebab itu napas masuk dan keluar dikatakan sebagai bentukan kehendak jasmani.
  2. Apakah bentukan kehendak ucapan? Setelah berpikir dan merenungkan ia mengucapkan kata-kata, bukan tanpa berpikir, bukan tanpa merenungkan. Oleh sebab itu pemikiran dan perenungan dikatakan sebagai bentukan kehendak ucapan.
  3. Apakah bentukan kehendak pikiran? Apa pun kehendak yang diliputi nafsu, kehendak yang dipenuhi kebencian, kehendak yang terdelusi (di sana), ini adalah faktor-faktor pikiran, (mereka) bergantung pada pikiran, berhubungan dengan pikiran, muncul bergantung pada pikiran. Oleh sebab itu kehendak dikatakan sebagai bentukan kehendak pikiran.

Ini, para bhikkhu, disebut sebagai tiga bentukan kehendak.

5.3 Kesadaran

Dengan bentukan kehendak sebagai kondisi, [muncul] kesadaran dikatakan.

Apakah kesadaran? [Yaitu] kelompok enam kesadaran. Apakah enam hal itu? Mereka adalah:

  1. Kesadaran-mata,
  2. Kesadaran-telinga,
  3. Kesadaran-hidung,
  4. Kesadaran-lidah,
  5. Kesadaran-badan,
  6. Kesadaran-pikiran.

Ini dikatakan sebagai kesadaran dalam kelompok enam kesadaran.

5.4 Nama-dan-Bentuk

Dengan kesadaran sebagai kondisi, [muncul] nama-dan-bentuk dikatakan.

Di sini, apakah nama? Nama adalah empat kelompok unsur batin. Apakah empat hal itu?

  1. Kelompok unsur perasaan,
  2. Kelompok unsur persepsi,
  3. Kelompok unsur bentukan kehendak,
  4. Kelompok unsur kesadaran.

Ini adalah nama.

Apakah bentuk? Apa pun yang memiliki bentuk, semua dari hal ini [yang terbentuk dari] empat unsur besar, dan apa pun yang diturunkan dari empat unsur besar itu. Apakah empat hal itu? Mereka adalah:

  1. Unsur tanah,
  2. Unsur air,
  3. Unsur api,
  4. Unsur angin.
  1. Apakah unsur tanah? Apa pun yang berat dan padat.
  2. Apakah unsur air? Apa pun yang cair dan mengalir.
  3. Apakah unsur api? Apa pun yang memiliki panas dan mematangkan.
  4. Apakah unsur angin? Apa pun yang lunak, bersirkulasi dan ringan dalam gerakan.

Ini adalah bentuk dan nama [yang disebutkan] sebelumnya.

Dua hal ini bersama-sama secara singkat adalah apa yang dikatakan sebagai nama-dan-bentuk.

5.5 Enam Landasan Indera

Dengan nama-dan-bentuk sebagai kondisi, [muncul] enam landasan indera dikatakan.

Apakah enam landasan indera? [Yaitu] enam landasan indera internal. Mereka adalah:

  1. Landasan indera mata,
  2. Landasan indera telinga,
  3. Landasan indera hidung,
  4. Landasan indera lidah,
  5. Landasan indera badan,
  6. Landasan indera pikiran.

Ini dikatakan sebagai enam landasan indera.

5.6 Kontak

Dengan enam landasan indera sebagai kondisi, [muncul] kontak dikatakan.

Apakah kontak? [Yaitu] kelompok enam kontak. Apakah enam hal itu?

  1. Kontak-mata,
  2. Kontak-telinga,
  3. Kontak-hidung,
  4. Kontak-lidah,
  5. Kontak-badan,
  6. Kontak-pikiran.

Ini dikatakan sebagai kontak.

5.7 Perasaan

Dengan kontak sebagai kondisi, [muncul] perasaan dikatakan.

Apakah perasaan? [Yaitu] kelompok enam perasaan. (Apakah enam hal itu?)

  1. Perasaan yang muncul dari kontak-mata, yang menyenangkan, tidak menyenangkan, dan bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan; (2)(6) demikian juga perasaan yang muncul kontak-telinga, -hidung, -lidah, -badan, dan –pikiran, yang menyenangkan, tidak menyenangkan, dan bukan menyenangkan maupun bukan tidak menyenangkan.

Ini dikatakan sebagai perasaan.

5.8 Ketagihan

Dengan perasaan sebagai kondisi, [muncul] ketagihan dikatakan.

Apakah ketagihan? [Yaitu] kelompok enam ketagihan. Apakah enam hal itu?

  1. Ketagihan terhadap bentuk,
  2. Ketagihan terhadap suara,
  3. Ketagihan terhadap bebauan,
  4. Ketagihan terhadap rasa kecapan,
  5. Ketagihan terhadap sentuhan,
  6. Ketagihan terhadap objek pikiran.

(Ini dikatakan sebagai ketagihan.)

5.9 Kemelekatan

Dengan ketagihan sebagai kondisi, [muncul] kemelekatan dikatakan.

Apakah kemelekatan? Terdapat empat kemelekatan. Apakah empat itu?

  1. Kemelekatan pada kenikmatan indera,
  2. Kemelekatan pada pandangan,
  3. Kemelekatan pada moralitas dan latihan,
  4. Kemelekatan pada pandangan-diri.

(Ini dikatakan sebagai kemelekatan.)

5.10 Kelangsungan

Dengan kemelekatan sebagai kondisi, [muncul] kelangsungan dikatakan.

Apakah kelangsungan? (Terdapat) tiga kelangsungan. Apakah tiga hal itu? Mereka adalah:

  1. Kelangsungan di alam indera,
  2. Kelangsungan di alam bentuk,
  3. Kelangsungan di alam tanpa bentuk.

Di sini, apakah kelangsungan di alam indera? (Alam indera) adalah:

  1. Neraka

    Terdapat delapan neraka panas.

    Apakah delapan hal itu?

    Mereka adalah:

    1. (neraka) hidup kembali (saṁjīva)
    2. benang hitam (kālasūtra)
    3. penghancur (saṁghāta)
    4. panas (raurava)
    5. sangat panas (mahāraurava)
    6. penuh penyesalan (tapana)
    7. cacian (pratāpana)
    8. dan tidak pernah berakhir (avīci).

    Terdapat delapan neraka dingin.

    (Apakah delapan hal itu?)

    Mereka adalah:

    1. (neraka) bengkak (arbuda)
    2. sangat bengkak (nirarbuda)
    3. jeritan (aṭaṭa)
    4. omelan (hahava)
    5. melengking (huhuva)
    6. seroja biru (utpala)
    7. seroja merah (padma)
    8. seroja merah besar (mahāpadma).
  2. Hantu

  3. Binatang

  4. Manusia

  5. Dewa

Terdapat para dewa dalam enam alam kenikmatan indera.

Apakah enam hal itu?

  1. Para dewa empat raja besar (Cāturmahārājikā)
  2. para dewa tiga puluh tiga (Trayastriṁśā)
  3. para dewa Yāma
  4. para dewa yang berbahagia (Tuṣitā)
  5. para dewa yang menikmati penciptaan (Nirmāṇarati)
  6. dan para dewa yang menguasai ciptaan dewa lain (Paranirmitavaśavarti)

Di sini, apakah kelangsungan di alam bentuk?

Mereka adalah:

  1. Para pengikut Brahma (Brahma-kāyikā),
  2. Para menteri Brahma (Brahma-purohitā),
  3. Para Brahma agung (Mahā-brahmā),
  4. Para Brahma yang cahayanya terbatas (Parīttābhā),
  5. Para Brahma yang cahayanya tidak terbatas (Apramāṇābhā),
  6. Para Brahma yang bercahaya (Ābhāsvarā),
  7. Para Brahma yang keindahannya terbatas (Parīttaśubhā),
  8. Para Brahma yang keindahannya bercahaya (Śubhaktsnā),
  9. Para Brahma yang tanpa awan (Anabhrakā),
  10. Para Brahma yang lahir dari jasa (Puṇyaprasavā),
  11. Para Brahma yang buahnya bertambah (Bṛhatphalā),
  12. Para Brahma yang tidak meningkat lagi (Abṛhā),
  13. Para Brahma yang tidak mengalami kesulitan (Atapā),
  14. Para Brahma yang berpenampilan baik (Sudṛśā),
  15. Para Brahma yang indah (Sudarśanā),
  16. Para Brahma yang tertinggi (Akaniṣṭhā).

Apakah kelangsungan di alam tanpa bentuk?

Mereka adalah:

  1. Landasan ruang tanpa batas,
  2. Landasan kesadaran tanpa batas,
  3. Landasan kekosongan,
  4. Landasan bukan-persepsi-ataupun-bukan tanpa persepsi.

Para dewa tanpa bentuk muncul dalam empat cara berdasarkan (tingkatan) meditatif hanya-pikiran.

Ini dikatakan sebagai unsur tanpa bentuk.

Ini adalah tiga kelangsungan.

Ini dikatakan sebagai kelangsungan.

5.11 Kelahiran

Dengan kelangsungan sebagai kondisi, [muncul] kelahiran dikatakan.

Apakah kelahiran? Bagi berbagai makhluk dalam berbagai kelompok makhluk, terdapat (proses) kelahiran, terlahir, lahir kembali, munculnya, timbulnya, perwujudan, perolehan kelompok-kelompok unsur kehidupan, perolehan unsur-unsur, perolehan landasan-landasan indera, dihasilkannya kelompok unsur batin, munculnya indria kehidupan, dipersatukannya dalam masing-masing bagiannya. Ini dikatakan sebagai kelahiran.

5.12 Usia Tua dan Kematian

Dengan kelahiran sebagai kondisi, [muncul] usia tua dan kematian dikatakan.

Apakah usia tua? Apa pun kebotakan, rambut memutih, kulit berkeriput, penuaan, kebungkukan, kebengkokan, kelengkungan, kecengkokan, berderak di tenggorokan ketika menarik napas dan menghembuskan napas, tahi lalat pada anggota tubuh, ditopang dengan tongkat, tubuh membungkuk ke depan, kerusakan indera-indera, hancurnya kondisi-kondisi (bagi kehidupan), keadaan menjadi renta, melemah karena usia, berpenyakitan, mengendurnya, merosotnya, sepenuhnya merosot. Ini dikatakan sebagai usia tua.

Apakah kematian? Bagi berbagai makhluk dalam berbagai kelompok makhluk terdapat kejatuhan, kemunduran, kemerosotan, lenyapnya, [kematian] pada waktunya, kemerosotan masa kehidupan, kemerosotan energi kehidupan, lenyapnya indria-kehidupan, lepasnya kelompok-kelompok unsur kehidupan. Ini dikatakan sebagai kematian.

Kematian ini bersama dengan usia tua [yang disebutkan] sebelumnya, dua hal ini bersama-sama secara singkat adalah apa yang dikatakan sebagai usia tua dan kematian.

Ini, para bhikkhu, adalah dua belas faktor kemunculan bergantungan.

 

The Discourse giving the Analysis of the Topics

Arthaviniścayasūtram
5. The Twelve Factors of Conditional Origination
Herein, monastics, what are the twelve factors of conditional origination?

It is as follows:

This being so, that is; from the arising of this, that arises.

They are (also) as follows:

With ignorance as condition: volitions,
with volitions as condition: consciousness,
with consciousness as condition: mind and body,
with mind and body as condition: the six sense-spheres,
with the six sense-spheres as condition: contact,
with contact as condition: feeling,
with feeling as condition: craving,
with craving as condition: attachment,
with attachment as condition: continuation,
with continuation as condition: birth,
with birth as condition:
old age, death, grief, lamentation, pain, sorrow, and despair (all) arise, and so there is an origination of this whole great mass of suffering.
(But) from the cessation of ignorance, there is the cessation of volitions,
from the cessation of volitions, the cessation of consciousness,
from the cessation of consciousness, the cessation of mind and body,
from the cessation of mind and body, the cessation of the six sense-spheres,
from the cessation of the six sense-spheres, the cessation of contact,
from the cessation of contact, the cessation of feeling,
from the cessation of feeling, the cessation of craving,
from the cessation of craving, the cessation of attachment,
from the cessation of attachment, the cessation of continuation,
from the cessation of continuation, the cessation of birth,
from the cessation of birth:
old age, death, grief, lamentation, pain, sorrow, and despair (all) cease, and so there is a cessation of this whole great mass of suffering.
5.1 Ignorance
Herein what is ignorance?

It is as follows:

Not knowing the past, not knowing the future, not knowing the present; not knowing the internal, not knowing the external, not knowing the internal and the external; not knowing what are (volitional) deeds, not knowing results, not knowing (volitional) deeds and their results; not knowing good actions, not knowing bad actions, not knowing what are good actions and bad actions; not knowing causes, not knowing fruition, not knowing causes and fruition; not knowing the origination of causes in things, not knowing conditional origination, not knowing the conditional origination of things; not knowing the Buddha, not knowing the Teaching, not knowing the Community; not knowing suffering, not knowing origination, not knowing cessation; not knowing the path, not knowing wholesome and unwholesome things, not knowing blameable and blameless things; not knowing what things should and should not be practiced, not knowing what things are inferior and superior, (or) dark and light.

In regard to the six sense-spheres, darkness, or lack of penetration, lack of insight, lack of knowledge of the way things are, complete delusion, bewildered ignorance.

This is said to be ignorance.

5.2 Volitions
With ignorance as condition: volitions is said.

What are volitions?

There are these three volitions:

Bodily volitions,
verbal volitions,
mental volitions.
What are bodily volitions?

Breathing in and breathing out, these things are indeed bodily, (they are) dependent on body, connected with body, existing dependent on body. Therefore breathing in and breathing out is said to be bodily volitions.

What are verbal volitions?

After thinking and reflecting he speaks words, not without thinking, not without reflecting. Therefore thinking and reflecting are said to be verbal volitions.

What are mental volitions?

Whatever passionate intentions, hateful intentions, deluded intentions (there are), these are mental factors, (they are) dependent on mind, connected with mind, existing dependent on mind. Therefore intention is said to be mental volitions.

These, monks, are said to be the three volitions.

5.3 Consciousness
With volitions as condition: consciousness is said.

What is consciousness?

The group of six consciousnesses.

Which six?

They are as follows:

Eye-consciousness,
ear-consciousness,
nose-consciousness,
tongue-consciousness,
body-consciousness,
mind-consciousness.
These are said to be the consciousnesses in the group of six consciousnesses.

5.4 Name and Bodily-Form
With consciousness as condition: mind and bodily-form is said.

Herein, what is mind?

Mind is the four formless components.

Which four?

The feelings component,
the perception component,
the volitions component,
the consciousness component.
This is mind.

What is bodily-form?

Whatever has form, all of these: the four great existents, and whatever is derived from the four great existents.

Which four?

They are as follows:

The earth element,
the water element,
the fire element,
and the wind element.
What is the earth element?

Whatever is weighty and solid.

What is the water element?

Whatever is fluid and flowing.

What is the fire element?

Whatever has heat and ripens.

What is the wind element?

Whatever is flexible, circulates and is light in motion.

This is bodily-form and previously mind.

The two of them together in brief is what is said to be mind and bodily-form.

5.5 Six Sense-spheres
With mind and bodily-form as condition: the six sense-spheres is said.

What are the six sense-spheres?

The six internal sense-spheres.

They are as follows:

The eye sense-sphere,
the ear sense-sphere,
the nose sense-sphere,
the tongue sense-sphere,
the body sense-sphere,
the mind sense-sphere.
This is said to be the six sense-spheres.

5.6 Contact
With the six sense-spheres as condition: contact is said.

What is contact?

The group of six contacts.

Which six?

Eye-contact,
ear-contact,
nose-contact,
tongue-contact,
body-contact,
mind-contact.
This is said to be contact.

5.7 Feeling
With contact as condition: feeling is said.

What is feeling?

The group of six feelings.

What six?

(1) Feeling arising from eye-contact, pleasant, unpleasant, and neither unpleasant nor pleasant, and so (2–6) feeling arising from ear-, nose-, tongue-, body and mind-contact, pleasant, unpleasant, and neither unpleasant nor pleasant.

This is said to be feeling.

5.8 Craving
With feeling as condition: craving is said.

What is craving?

The group of six cravings.

Which six?

Craving for form,
craving for sounds,
craving for smells,
craving for tastes,
craving for tangibles,
craving for thoughts.
This is said to be craving.

5.9 Attachment
With craving as condition: attachment is said.

What is attachment?

There are four attachments.

What four?

Attachment to sensuality,
attachment to views,
attachment to virtue and practice,
and attachment to self-view.
This is said to be attachment.

5.10 Continuation
With attachment as condition: continuation is said.

What is continuation?

(There are) three continuations.

Which three?

They are as follows:

Continuation in the sense-realm,
continuation in the form-realm,
continuation in the formless-realm.
Herein, what is continuation in the sense-realm?

The (sense-realms) are as follows:

Hells

There are eight hot hells.

Which eight?

They are as follows:

The reviving (hell),
the black-thread (hell),
the crushing (hell),
the hot (hell),
the great hot (hell),
the remorseful (hell),
the scolding (hell),
and the never-ceasing (hell).
There are eight cold hells.

(Which eight?)

They are as follows:

The tumurous (hell),
the very tumurous (hell),
the squealing (hell),
the squaking (hell),
the screaching (hell),
the blue-lotus (hell),
the red-lotus (hell),
the great red-lotus (hell).
ghosts,
animals,
humans,
gods.
There are gods in six sensual-realms.

What are the six?

The gods known as the Four Great Kings,
the gods of the Thirty-three Divinities,
the Yāma (gods),
the Contented (gods),
those gods Delighting in Creation,
those gods Wielding Power over the Creation of Others.
Herein, what is continuation in the form-realm?

They are as follows:

the High Divinities’ retinue,
the Ministers of the High Divinities,
the Great High Divinities,
(the High Divinities of) Limited Radiance
(the High Divinities of) Unbounded Radiance,
(the High Divinities of) Streaming Radiance,
(the High Divinities of) Limited Beauty,
(the High Divinities of) Refulgent Beauty,
the cloudless (High Divinities),
(the High Divinities) Born of Merit,
the (High Divinities) of Increasing Fruit,
the No-Longer Increasing (High Divinities),
the Untroubled (High Divinities),
the Good-looking (High Divinities),
the Beautiful (High Divinities)
and the Highest (High Divinities).
What is continuation in the formless-realm?

They are as follows:

The Sphere of Infinite Space,
the Sphere of Infinite Consciousness,
the Sphere of Nothingness,
and the Sphere of Neither-Perception-nor-Non-Perception.
The formless gods arise in four ways according to (the level of) mind-only meditation.

This is said to be the formless element.

These are the three continuations.

This is said to be continuation.

5.11 Birth
With continuation as condition: birth is said.

What is birth?

For the various beings in the various classes of beings there is (the process of) birth, being born, rebirth, appearing, turning up, manifestation, the acquisition of the components, the acquisition of the elements, the acquisition of the sense-spheres, the production of the mind-components, the arising of the life faculty, being brought together in their respective divisions.

This is said to be birth.

5.12 Old Age and Death
With birth as condition: old age, death is said.

What is old age?

Whatever baldness, greying hair, wrinkled skin, agedness, bentness, crookedness, warpedness, twistedness, rattling in the throat when breathing in and breathing out, moles on the limbs, being propped up on crutches, forward bending of the body, decay of the sense faculties, breaking up of the conditions (for life), the state of being ancient, decrepitude, indisposition, weakness, dwindling away, complete dwindling away.

This is said to be old age.

What is death?

For the various beings in the various classes of beings there is a fall, a falling away, a dwindling away, a disappearance, a making of time, a dwindling away of the lifespan, a dwindling away of the vital heat, a cessation of the life-faculty, a throwing off of the components.

This is said to be death.

This death together with the former old-age, these two together are in short what is said to be old-age and death.

This, monastics, is the twelve-fold conditional origination.
1. Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Kemudian umat awam Visākha mendatangi Bhikkhunī Dhammadinnā, dan setelah bersujud kepadanya, ia duduk di satu sisi dan bertanya kepadanya:

Identitas
“Yang Mulia, ‘identitas, identitas’ dikatakan. Apakah yang disebut identitas oleh Sang Bhagavā? ”

“Teman Visākha, kelima kelompok unsur kehidupan ini yang terpengaruh oleh kemelekatan disebut sebagai identitas oleh Sang Bhagavā; yaitu, kelompok unsur bentuk materi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur perasaan yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur persepsi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur bentukan-bentukan yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur kesadaran yang terpengaruh oleh kemelekatan. Kelima kelompok unsur kehidupan ini disebut identitas oleh Sang Bhagavā.”

Dengan mengatakan, “Bagus sekali, Yang Mulia,” umat awam Visākha senang dan gembira mendengar kata-kata Bhikkhunī Dhammadinnā. Kemudian ia mengajukan pertanyaan lebih lanjut:

“Yang Mulia, ‘asal-mula identitas, asal-mula identitas’ dikatakan. Apakah yang disebut asal-mula identitas oleh Sang Bhagavā?”

“Teman Visākha, adalah ketagihan, yang membawa penjelmaan baru, yang disertai dengan kesenangan dan nafsu, dan senang akan ini dan itu; yaitu, ketagihan pada kenikmatan indria, ketagihan pada penjelmaan, dan ketagihan pada tanpa-penjelmaan. Ini disebut asal-mula identitas oleh Sang Bhagavā.”

“Yang Mulia, ‘lenyapnya identitas, lenyapnya identitas’ dikatakan. Apakah yang disebut lenyapnya identitas oleh Sang Bhagavā?”

“Teman Visākha, adalah peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya, menghentikan, melepaskan, membiarkan dan menolak keinginan yang sama itu. Ini disebut lenyapnya identitas oleh Sang Bhagavā.”

“Yang Mulia, ‘jalan menuju lenyapnya identitas, jalan menuju lenyapnya identitas’ dikatakan. Apakah yang disebut jalan menuju lenyapnya identitas oleh Sang Bhagavā?”

“Teman Visākha, adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.”

“Yang Mulia, apakah kemelekatan itu sama dengan kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan ini, atau kemelekatan adalah sesuatu yang terpisah dari kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan?”

“Teman Visākha, kemelekatan itu bukan sama dengan kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan juga kemelekatan bukan sesuatu yang terpisah dari kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan. Adalah keinginan dan nafsu sehubungan dengan kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan yang menjadi kemelekatan di sana.”

 

Pandangan Identitas
“Yang Mulia, bagaimanakah pandangan identitas terjadi?”

“Di sini, teman Visākha, seorang biasa yang tidak terpelajar, yang tidak menghargai para mulia dan tidak terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, yang tidak menghargai manusia sejati dan tidak terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, menganggap bentuk materi sebagai diri, atau diri memiliki bentuk materi, atau bentuk materi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Ia menganggap perasaan sebagai diri, atau diri sebagai memiliki perasaan, atau perasaan sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam perasaan. Ia menganggap persepsi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki persepsi, atau persepsi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam persepsi. Ia menganggap bentukan-bentukan sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentukan-bentukan, atau bentukan-bentukan sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentukan-bentukan. Ia menganggap kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Ini adalah bagaimana pandangan identitas terjadi.”

“Yang Mulia, bagaimanakah pandangan identitas tidak terjadi?”

“Di sini, teman Visākha, seorang mulia yang terpelajar, yang menghargai para mulia dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, yang menghargai manusia sejati dan terampil dan disiplin dalam Dhamma mereka, tidak menganggap bentuk materi sebagai diri, atau diri memiliki bentuk materi, atau bentuk materi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentuk materi. Ia tidak menganggap perasaan sebagai diri, atau diri sebagai memiliki perasaan, atau perasaan sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam perasaan. Ia tidak menganggap persepsi sebagai diri, atau diri sebagai memiliki persepsi, atau persepsi sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam persepsi. Ia tidak menganggap bentukan-bentukan sebagai diri, atau diri sebagai memiliki bentukan-bentukan, atau bentukan-bentukan sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam bentukan-bentukan. Ia tidak menganggap kesadaran sebagai diri, atau diri sebagai memiliki kesadaran, atau kesadaran sebagai di dalam diri, atau diri sebagai di dalam kesadaran. Ini adalah bagaimana pandangan identitas tidak terjadi.”

Jalan Mulia Berunsur Delapan
“Yang Mulia, apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan?”

“Teman Visākha, adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.”

“Yang Mulia, apakah Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah terkondisi atau tidak terkondisi?”

“Teman, Visākha, Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah terkondisi.”

“Yang Mulia, apakah tiga kelompok termasuk dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, atau Jalan Mulia Berunsur Delapan termasuk dalam tiga kelompok?”

“Tiga kelompok bukan termasuk dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, teman Visākha, tetapi Jalan Mulia Berunsur Delapan termasuk dalam ketiga kelompok. Ucapan benar, perbuatan benar, dan penghidupan benar—kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok moralitas. Usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar—kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok konsentrasi. Pandangan benar dan kehendak benar—kondisi-kondisi ini termasuk dalam kelompok kebijaksanaan.”

Konsentrasi
“Yang Mulia, apakah konsentrasi? Apakah landasan konsentrasi? Apakah perlengkapan konsentrasi? Apakah pengembangan konsentrasi?”

“Keterpusatan pikiran, teman Visākha, adalah konsentrasi; Empat Landasan Perhatian adalah landasan konsentrasi; Empat Usaha Benar adalah perlengkapan konsentrasi; pengulangan, pengembangan, dan pelatihan atas kondisi-kondisi yang sama ini adalah pengembangan konsentrasi di sana.”

Bentukan-Bentukan
“Yang Mulia, ada berapakah bentukan-bentukan itu?”

“Ada tiga bentukan ini, teman Visākha: bentukan jasmani, bentukan ucapan, dan bentukan pikiran.”

“Tetapi, Yang Mulia, apakah bentukan jasmani? apakah bentukan ucapan? apakah bentukan pikiran?”

“Nafas-masuk dan nafas-keluar, teman Visākha, adalah bentukan jasmani; awal pikiran dan kelangsungan pikiran adalah bentukan ucapan; persepsi dan perasaan adalah bentukan pikiran.”

“Tetapi, Yang Mulia, mengapa nafas-masuk dan nafas-keluar adalah bentukan jasmani? Mengapa awal pikiran dan kelangsungan pikiran adalah bentukan ucapan? Mengapa persepsi dan perasaan adalah bentukan pikiran?”

“Teman, Visākha nafas-masuk dan nafas-keluar adalah jasmani, kondisi-kondisi ini terikat dengan jasmani; itulah sebabnya mengapa nafas-masuk dan nafas-keluar adalah bentukan jasmani. Pertama-tama seseorang mulai berpikir dan mempertahankan pikiran, dan selanjutnya ia mengungkapkannya melalui ucapan; itulah sebabnya mengapa awal-pikiran dan kelangsungan pikiran adalah bentukan ucapan. Persepsi dan perasaan adalah pikiran, kondisi-kondisi ini terikat dengan pikiran; itulah sebabnya mengapa persepsi dan perasaan adalah bentukan pikiran.”

Pencapaian Lenyapnya
“Yang Mulia, bagaimanakah pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan terjadi?”

“Teman Visākha, ketika seorang bhikkhu mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan, ia tidak berpikir: ‘Aku akan mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan,’ atau ‘Aku sedang mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan,’ atau ‘Aku telah mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan’; melainkan pikirannya telah dikembangkan sebelumnya sedemikian sehingga mengarahkannya pada kondisi tersebut.”
“Yang Mulia, ketika seorang bhikkhu sedang mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan, kondisi manakah yang pertama lenyap dalam dirinya: bentukan jasmani, bentukan ucapan, atau bentukan pikiran?”

“Teman Visākha, ketika seorang bhikkhu sedang mencapai lenyapnya persepsi dan perasaan, pertama-tama bentukan ucapan lenyap, kemudian bentukan jasmani, kemudian bentukan pikiran.”

“Yang Mulia, bagaimanakah keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan terjadi?”

“Teman Visākha, ketika seorang bhikkhu keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, ia tidak berpikir: ‘Aku akan keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan,’ atau ‘Aku sedang keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan,’ atau ‘Aku telah keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan’; melainkan pikirannya telah dikembangkan sebelumnya sedemikian sehingga mengarahkannya pada kondisi tersebut.”

“Yang Mulia, ketika seorang bhikkhu keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, kondisi manakah yang pertama muncul dalam dirinya: bentukan jasmani, bentukan ucapan, atau bentukan pikiran?”

“Teman Visākha, ketika seorang bhikkhu keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, pertama-tama bentukan pikiran muncul, kemudian bentukan jasmani, kemudian bentukan ucapan.”

“Yang Mulia, ketika seorang bhikkhu telah keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, ada berapakah kontak yang menyentuhnya?”

“Teman Visākha, ketika seorang bhikkhu telah keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, tiga jenis kontak menyentuhnya: kontak kehampaan, kontak tanpa-gambaran, kontak tanpa-keinginan.”

“Yang Mulia, ketika seorang bhikkhu telah keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, kepada apakah pikirannya condong, kepada apakah pikirannya bersandar, kepada apakah pikirannya mengarah?”

“Teman Visākha, ketika seorang bhikkhu telah keluar dari pencapaian lenyapnya persepsi dan perasaan, pikirannya condong kepada keterasingan, bersandar pada keterasingan, mengarah pada keterasingan.”

Perasaan
“Yang Mulia, ada berapakah jenis perasaan?”

“Teman Visākha, ada tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan menyakitkan, dan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”

“Tetapi, Yang Mulia, apakah perasaan menyenangkan? apakah perasaan menyakitkan? dan apakah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

“Teman Visākha, perasaan apapun yang dirasakan secara jasmani atau secara batin yang menyenangkan dan menyejukkan adalah perasaan menyenangkan. Perasaan apapun yang dirasakan secara jasmani atau secara batin yang menyakitkan dan melukai adalah perasaan menyakitkan. Perasaan apapun yang dirasakan secara jasmani atau secara batin yang tidak menyejukkan juga tidak melukai adalah perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”

“Yang Mulia, apakah menyenangkan dan apakah menyakitkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan? Apakah menyakitkan dan apakah menyenangkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan? Apakah menyenangkan dan apakah menyakitkan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

“Teman Visākha, perasaan menyenangkan adalah menyenangkan selama perasaan itu berlangsung dan menyakitkan ketika perasaan itu berubah. Perasaan menyakitkan adalah menyakitkan selama perasaan itu berlangsung dan menyenangkan ketika perasaan itu berubah. Perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan adalah menyenangkan jika ada pengetahuan atas perasaan itu dan menyakitkan jika tidak ada pengetahuan atas perasaan itu.”

Kecenderungan Tersembunyi
“Yang Mulia, kecenderungan tersembunyi apakah yang mendasari perasaan menyenangkan? Kecenderungan tersembunyi apakah yang mendasari perasaan menyakitkan? Kecenderungan tersembunyi apakah yang mendasari perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

“Teman Visākha, kecenderungan tersembunyi pada nafsu mendasari perasaan menyenangkan. Kecenderungan tersembunyi pada penolakan mendasari perasaan menyakitkan. Kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan mendasari perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”

“Yang Mulia, apakah kecenderungan tersembunyi pada nafsu mendasari semua perasaan menyenangkan? Apakah kecenderungan tersembunyi pada penolakan mendasari semua perasaan menyakitkan? Apakah kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan mendasari semua perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

“Teman Visākha, kecenderungan tersembunyi pada nafsu tidak mendasari semua perasaan menyenangkan. Kecenderungan tersembunyi pada penolakan tidak mendasari semua perasaan menyakitkan. Kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan tidak mendasari semua perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”

“Yang Mulia, apakah yang harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan? apakah yang harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan? apakah yang harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

“Teman Visākha, kecenderungan tersembunyi pada nafsu harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyenangkan. Kecenderungan tersembunyi pada penolakan harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan menyakitkan. Kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan harus ditinggalkan sehubungan dengan perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”

“Yang Mulia, apakah kecenderungan tersembunyi pada nafsu harus ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyenangkan? Apakah kecenderungan tersembunyi pada penolakan harus ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyakitkan? Apakah kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan harus ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan?”

“Teman Visākha, kecenderungan tersembunyi pada nafsu tidak harus ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyenangkan. Kecenderungan tersembunyi pada penolakan tidak harus ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan menyakitkan. Kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan tidak harus ditinggalkan sehubungan dengan semua perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.

“Di sini, teman Visākha, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Dengan itu ia meninggalkan nafsu, dan kecenderungan tersembunyi pada nafsu tidak mendasari itu.

“Di sini seorang bhikkhu mempertimbangkan sebagai berikut: ‘Kapankah aku harus masuk dan berdiam dalam landasan yang dimasuki dan didiami oleh para mulia sekarang?’ Dalam diri seorang yang memunculkan kerinduan akan kebebasan tertinggi itu, kesedihan muncul bersama kerinduan itu sebagai kondisi. Dengan itu ia meninggalkan penolakan, dan kecenderungan tersembunyi pada penolakan tidak mendasari itu.

“Di sini, dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya atas kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang memiliki bukan-kesakitan-juga-bukan-kenikmatan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Dengan itu ia meninggalkan ketidak-tahuan, dan kecenderungan tersembunyi pada ketidak-tahuan tidak mendasari itu.”

Pasangan
“Yang Mulia, apakah pasangan dari perasaan menyenangkan?”

“Teman Visākha, perasaan menyakitkan adalah pasangan dari perasaan menyenangkan.”

“Apakah pasangan dari perasaan menyakitkan?”

“Perasaan menyenangkan adalah pasangan dari perasaan menyakitkan.”

“Apakah pasangan dari perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan

“Ketidak-tahuan adalah pasangan dari perasaan bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan.”

“Apakah pasangan dari ketidak-tahuan?”

“Pengetahuan sejati adalah pasangan dari ketidak-tahuan.”

“Apakah pasangan dari pengetahuan sejati?”

“Kebebasan adalah pasangan dari pengetahuan sejati.”

“Apakah pasangan dari kebebasan?”

“Nibbāna adalah pasangan dari kebebasan.”

“Yang Mulia, apakah pasangan dari Nibbāna?”

“Teman Visākha, engkau melewati batas mengajukan pertanyaan terlalu jauh, engkau tidak mampu menangkap batasan pertanyaan-pertanyaan. Karena kehidupan suci, teman Visākha, berlandaskan pada Nibbāna, memuncak dalam Nibbāna, berakhir dalam Nibbāna. Jika engkau menghendaki, teman Visākha, temuilah Sang Bhagavā dan tanyakan kepada Beliau mengenai makna ini. Sebagaimana Sang Bhagavā menjelaskan kepadamu, demikianlah engkau harus mengingatnya.”

Penutup
Kemudian umat awam Visākha, setelah merasa senang dan gembira mendengar kata-kata Bhikkhunī Dhammadinnā, bangkit dari duduknya, dan setelah bersujud kepadanya, dengan Bhikkhunī Dhammadinnā di sisi kanannya, ia pergi menghadap Sang Bhagavā. Setelah bersujud kepada Beliau, ia duduk di satu sisi dan memberitahu Sang Bhagavā seluruh percakapannya dengan Bhikkhunī Dhammadinnā. Ketika ia selesai berbicara, Sang Bhagavā memberitahunya:

“Bhikkhunī Dhammadinnā adalah seorang bijaksana, Visākha, Bhikkhunī Dhammadinnā memiliki kebijaksanaan luas. Jika engkau menanyakan makna dari hal ini kepadaKu, maka Aku juga akan menjelaskan kepadamu dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan oleh Bhikkhunī Dhammadinnā. Demikianlah maknanya, dan demikianlah engkau harus mengingatnya.”

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Umat awam Visākha merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

Middle Discourses 44
The Shorter Classification
So I have heard. At one time the Buddha was staying near Rājagaha, in the Bamboo Grove, the squirrels’ feeding ground.

Then the layman Visākha went to see the nun Dhammadinnā, bowed, sat down to one side, and said to her:

“Ma’am, they speak of this thing called ‘identity’. What is this identity that the Buddha spoke of?”

“Visākha, the Buddha said that these five grasping aggregates are identity. That is: form, feeling, perception, choices, and consciousness. The Buddha said that these five grasping aggregates are identity.”

Saying “Good, ma’am,” Visākha approved and agreed with what Dhammadinnā said. Then he asked another question:

“Ma’am, they speak of this thing called ‘the origin of identity’. What is the origin of identity that the Buddha spoke of?”

“It’s the craving that leads to future rebirth, mixed up with relishing and greed, taking pleasure in various different realms. That is, craving for sensual pleasures, craving to continue existence, and craving to end existence. The Buddha said that this is the origin of identity.”

“Ma’am, they speak of this thing called ‘the cessation of identity’. What is the cessation of identity that the Buddha spoke of?”

“It’s the fading away and cessation of that very same craving with nothing left over; giving it away, letting it go, releasing it, and not adhering to it. The Buddha said that this is the cessation of identity.”

“Ma’am, they speak of the practice that leads to the cessation of identity. What is the practice that leads to the cessation of identity that the Buddha spoke of?”

“The practice that leads to the cessation of identity that the Buddha spoke of is simply this noble eightfold path, that is: right view, right thought, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, and right immersion.”

“But ma’am, is that grasping the exact same thing as the five grasping aggregates? Or is grasping one thing and the five grasping aggregates another?”

“That grasping is not the exact same thing as the five grasping aggregates. Nor is grasping one thing and the five grasping aggregates another. The desire and greed for the five grasping aggregates is the grasping there.”

“But ma’am, how does identity view come about?”

“It’s when an uneducated ordinary person has not seen the noble ones, and is neither skilled nor trained in the teaching of the noble ones. They’ve not seen good persons, and are neither skilled nor trained in the teaching of the good persons. They regard form as self, self as having form, form in self, or self in form. They regard feeling … perception … choices … consciousness as self, self as having consciousness, consciousness in self, or self in consciousness. That’s how identity view comes about.”

“But ma’am, how does identity view not come about?”

“It’s when an educated noble disciple has seen the noble ones, and is skilled and trained in the teaching of the noble ones. They’ve seen good persons, and are skilled and trained in the teaching of the good persons. They don’t regard form as self, self as having form, form in self, or self in form. They don’t regard feeling … perception … choices … consciousness as self, self as having consciousness, consciousness in self, or self in consciousness. That’s how identity view does not come about.”

“But ma’am, what is the noble eightfold path?”

“It is simply this noble eightfold path, that is: right view, right thought, right speech, right action, right livelihood, right effort, right mindfulness, and right immersion.”

“But ma’am, is the noble eightfold path conditioned or unconditioned?”

“The noble eightfold path is conditioned.”

“Are the three practice categories included in the noble eightfold path? Or is the noble eightfold path included in the three practice categories?”

“The three practice categories are not included in the noble eightfold path. Rather, the noble eightfold path is included in the three practice categories. Right speech, right action, and right livelihood: these things are included in the category of ethics. Right effort, right mindfulness, and right immersion: these things are included in the category of immersion. Right view and right thought: these things are included in the category of wisdom.”

“But ma’am, what is immersion? What things are the foundations of immersion? What things are the prerequisites for immersion? What is the development of immersion?”

“Unification of the mind is immersion. The four kinds of mindfulness meditation are the foundations of immersion. The four right efforts are the prerequisites for immersion. The cultivation, development, and making much of these very same things is the development of immersion.”

“How many processes are there?”

“There are these three processes. Physical, verbal, and mental processes.”

“But ma’am, what is the physical process? What’s the verbal process? What’s the mental process?”

“Breathing is a physical process. Placing the mind and keeping it connected are verbal processes. Perception and feeling are mental processes.”

“But ma’am, why is breathing a physical process? Why are placing the mind and keeping it connected verbal processes? Why are perception and feeling mental processes?”

“Breathing is physical. It’s tied up with the body, that’s why breathing is a physical process. First you place the mind and keep it connected, then you break into speech. That’s why placing the mind and keeping it connected are verbal processes. Perception and feeling are mental. They’re tied up with the mind, that’s why perception and feeling are mental processes.”

“But ma’am, how does someone attain the cessation of perception and feeling?”

“A mendicant who is entering such an attainment does not think: ‘I will enter the cessation of perception and feeling’ or ‘I am entering the cessation of perception and feeling’ or ‘I have entered the cessation of perception and feeling.’ Rather, their mind has been previously developed so as to lead to such a state.”

“But ma’am, which cease first for a mendicant who is entering the cessation of perception and feeling: physical, verbal, or mental processes?”

“Verbal processes cease first, then physical, then mental.”

“But ma’am, how does someone emerge from the cessation of perception and feeling?”

“A mendicant who is emerging from such an attainment does not think: ‘I will emerge from the cessation of perception and feeling’ or ‘I am emerging from the cessation of perception and feeling’ or ‘I have emerged from the cessation of perception and feeling.’ Rather, their mind has been previously developed so as to lead to such a state.”

“But ma’am, which arise first for a mendicant who is emerging from the cessation of perception and feeling: physical, verbal, or mental processes?”

“Mental processes arise first, then physical, then verbal.”

“But ma’am, when a mendicant has emerged from the attainment of the cessation of perception and feeling, how many kinds of contact do they experience?”

“They experience three kinds of contact: emptiness, signless, and undirected contacts.”

“But ma’am, when a mendicant has emerged from the attainment of the cessation of perception and feeling, what does their mind slant, slope, and incline to?”

“Their mind slants, slopes, and inclines to seclusion.”

“But ma’am, how many feelings are there?”

“There are three feelings: pleasant, painful, and neutral feeling.”

“What are these three feelings?”

“Anything felt physically or mentally as pleasant or enjoyable. This is pleasant feeling. Anything felt physically or mentally as painful or unpleasant. This is painful feeling. Anything felt physically or mentally as neither pleasurable nor painful. This is neutral feeling.”

“What is pleasant and what is painful in each of the three feelings?”

“Pleasant feeling is pleasant when it remains and painful when it perishes. Painful feeling is painful when it remains and pleasant when it perishes. Neutral feeling is pleasant when there is knowledge, and painful when there is ignorance.”

“What underlying tendencies underlie each of the three feelings?”

“The underlying tendency for greed underlies pleasant feeling. The underlying tendency for repulsion underlies painful feeling. The underlying tendency for ignorance underlies neutral feeling.”

“Do these underlying tendencies always underlie these feelings?”

“No, they do not.”

“What should be given up in regard to each of these three feelings?”

“The underlying tendency to greed should be given up when it comes to pleasant feeling. The underlying tendency to repulsion should be given up when it comes to painful feeling. The underlying tendency to ignorance should be given up when it comes to neutral feeling.”

“Should these underlying tendencies be given up regarding all instances of these feelings?”

“No, not in all instances. Take a mendicant who, quite secluded from sensual pleasures, secluded from unskillful qualities, enters and remains in the first absorption, which has the rapture and bliss born of seclusion, while placing the mind and keeping it connected. With this they give up greed, and the underlying tendency to greed does not lie within that. And take a mendicant who reflects: ‘Oh, when will I enter and remain in the same dimension that the noble ones enter and remain in today?’ Nursing such a longing for the supreme liberations gives rise to sadness due to longing. With this they give up repulsion, and the underlying tendency to repulsion does not lie within that. Take a mendicant who, giving up pleasure and pain, and ending former happiness and sadness, enters and remains in the fourth absorption, without pleasure or pain, with pure equanimity and mindfulness. With this they give up ignorance, and the underlying tendency to ignorance does not lie within that.”

“But ma’am, what is the counterpart of pleasant feeling?”

“Painful feeling.”

“What is the counterpart of painful feeling?”

“Pleasant feeling.”

“What is the counterpart of neutral feeling?”

“Ignorance.”

“What is the counterpart of ignorance?”

“Knowledge.”

“What is the counterpart of knowledge?”

“Freedom.”

“What is the counterpart of freedom?”

“Extinguishment.”

“What is the counterpart of extinguishment?”

“Your question goes too far, Visākha. You couldn’t figure out the limit of questions. For extinguishment is the culmination, destination, and end of the spiritual life. If you wish, go to the Buddha and ask him this question. You should remember it in line with his answer.”

And then the layman Visākha approved and agreed with what the nun Dhammadinnā said. He got up from his seat, bowed, and respectfully circled her, keeping her on his right. Then he went up to the Buddha, bowed, sat down to one side, and informed the Buddha of all they had discussed.

When he had spoken, the Buddha said to him, “The nun Dhammadinnā is astute, Visākha, she has great wisdom. If you came to me and asked this question, I would answer it in exactly the same way as the nun Dhammadinnā. That is what it means, and that’s how you should remember it.”

That is what the Buddha said. Satisfied, the layman Visākha was happy with what the Buddha said.

Pada suatu ketika Yang Mulia Ānanda sedang menetap di Kosambī di Taman Ghosita. Di sana Yang Mulia Ānanda berkata kepada para bhikkhu:

“Teman-teman, para bhikkhu!”

“Teman,” para bhikkhu itu menjawab. Yang Mulia Ānanda berkata sebagai berikut:
“Teman-teman, bhikkhu atau bhikkhunī mana pun yang menyatakan pencapaian Kearahattaannya di hadapanku telah melakukannya melalui empat jalan ini atau melalui salah satu di antaranya. Apakah empat ini?

(1) “Di sini, seorang bhikkhu mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan. Ketika ia sedang mengembangkan pandangan terang yang didahului oleh ketenangan, sang jalan dihasilkan. Ia mengejar jalan ini, mengembangkannya, dan melatihnya. Ketika ia mengejar, mengembangkan, dan melatih jalan ini, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

(2) “Kemudian, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang. Ketika ia sedang mengembangkan ketenangan yang didahului oleh pandangan terang, sang jalan dihasilkan. Ia mengejar jalan ini, mengembangkannya, dan melatihnya. Ketika ia mengejar, mengembangkan, dan melatih jalan ini, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

(3) “Kemudian, seorang bhikkhu mengembangkan ketenangan dan pandangan terang secara bersama-sama. Ketika ia sedang mengembangkan ketenangan dan pandangan terang secara bersama-sama, sang jalan dihasilkan. Ia mengejar jalan ini, mengembangkannya, dan melatihnya. Ketika ia mengejar, mengembangkan, dan melatih jalan ini, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

(4) “Kemudian, pikiran seorang bhikkhu dicengkeram oleh kegelisahan akan Dhamma. Tetapi akan tiba suatu saat ketika pikirannya menjadi kokoh secara internal, tenang, menyatu, dan terkonsentrasi. Kemudian sang jalan muncul padanya. Ia mengejar jalan ini, mengembangkannya, dan melatihnya. Ketika ia mengejar, mengembangkan, dan melatih jalan ini, belenggu-belenggu ditinggalkan dan kecenderungan-kecenderungan tersembunyi tercabut.

“Bhikkhu atau bhikkhunī mana pun, Teman, yang menyatakan pencapaian Kearahattaannya di hadapanku telah melakukannya melalui empat jalan ini atau melalui salah satu di antaranya.”

Anguttara Nikaya 4.170

Numbered Discourses 4
17. Practice
170. In Conjunction
So I have heard. At one time Venerable Ānanda was staying near Kosambi, in Ghosita’s Monastery. There Ānanda addressed the mendicants: “Reverends, mendicants!”

“Reverend,” they replied. Ānanda said this:

“Reverends, all of the monks and nuns who declare in my presence that they have attained perfection, did so by one or other of four paths.

What four?

Take a mendicant who develops serenity before discernment. As they do so, the path is born in them. They cultivate, develop, and make much of it. By doing so, they give up the fetters and eliminate the underlying tendencies.

Another mendicant develops discernment before serenity. As they do so, the path is born in them. They cultivate, develop, and make much of it. By doing so, they give up the fetters and eliminate the underlying tendencies.

Another mendicant develops serenity and discernment in conjunction. As they do so, the path is born in them. They cultivate, develop, and make much of it. By doing so, they give up the fetters and eliminate the underlying tendencies.

Another mendicant’s mind is seized by restlessness to realize the teaching. But there comes a time when their mind is stilled internally; it settles, unifies, and becomes immersed in samādhi. The path is born in them. They cultivate, develop, and make much of it. By doing so, they give up the fetters and eliminate the underlying tendencies.

All of the monks and nuns who declare in my presence that they have attained perfection, did so by one or other of these four paths.”

Related Articles

bgf

Tantra

Two Truths, October 2014 – Bodh Gaya, India – Part 2 / 二諦 第二集 (宗薩欽哲仁波切)

Two Truths, October 2014 - Bodh Gaya, India - Part 2 / 二諦 第二集 (宗薩欽哲仁波切) by Dzongsar Jamyang Khyentse...

Most Popular

Mahāsuññata Sutta – MN 122

Majjhima Nikāya 122. Mahāsuññata Sutta Khotbah Panjang tentang Kekosongan Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang...

Vassakāra Sutta – AN 7.22

Aṅguttara Nikāya 7.22. Vassakāra Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha di Gunung...

Memutar Roda Dhamma SN.56.11

Memutar Roda Dhamma SN.56.11 Kelompok Khotbah tentang Kebenaran-kebenaran 56.11. Memutar Roda Dhamma Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika...

Samādhibhāvanā Sutta – AN 4.41

Aṅguttara Nikāya Buku v. Rohitassa 4.41. Pengembangan lebih lanjut “Para bhikkhu, ada empat pengembangan konsentrasi ini. Apakah...

Guru’s Devotion – Commitment to the student, São Paulo, Brazil, Dec 19, 2018

Guru's Devotion - Commitment to the student, São Paulo, Brazil, Dec 19, 2018 by Dzongsar Jamyang Khyentse...

Alam Tujuan Kelahiran Orang-Orang – AN7.55

Alam Tujuan Kelahiran Orang-Orang - AN7.55 “Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang tujuh alam tujuan kelahiran orang-orang dan...

Essential wealth for the warrior-like people who wish to be liberated by Atisha (Lhacig Jobo Je)

Essential wealth for the warrior-like people who wish to be liberated by Lama Atisha (Lhacig Jobo Je) . The following text was translated in...
bgf