- Dīgha Nikāya
- Cakkavatti-Sīhanāda Sutta
26. Singa tentang Pemutaran Roda
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di antara penduduk Magadha di Mātulā. Kemudian Beliau berkata: ‘Para bhikkhu!’ ‘Bhagavā’, mereka menjawab, dan Sang Bhagavā berkata:
‘Para bhikkhu, jadilah pulau bagi diri kalian sendiri, jadilah pelindung bagi dirimu sendiri, jangan ada perlindungan lainnya. Jadikan Dhamma sebagai pulau bagi dirimu, jadikan Dhamma sebagai pelindungmu, jangan ada perlindungan lain. Dan bagaimanakah seorang bhikkhu berdiam sebagai pulau bagi diri sendiri, sebagai pelindung bagi diri sendiri, tanpa ada perlindungan lainnya, dengan Dhamma sebagai pulau baginya, dengan Dhamma sebagai pelindung, tanpa ada pelindung lainnya? Di sini, seorang bhikkhu berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, sadar jernih, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan kerinduandan kegelisahan terhadap dunia, ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan, … ia berdiam merenungkan pikiran sebagai pikiran, … ia berdiam merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, dengan sadar jernih, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan kerinduan dan kegelisahan terhadap dunia.
‘Peliharalah lahanmu sendiri, para bhikkhu, wilayah leluhurmu. Jika kalian melakukan hal itu, maka Māra tidak akan dapat menemukan tempat tinggal, tempat berpijak. Hanya dengan membangun kondisi-kondisi bermanfaatmaka jasa ini dapat meningkat
‘Suatu ketika, para bhikkhu, ada seorang raja pemutar-roda bernama Daḷhanemi, seorang raja yang adil, penakluk empat penjuru, yang telah mengokohkan keamanan di wilayahnya dan memiliki tujuh pusaka. Yaitu: Pusaka-Roda, Pusaka-Gajah, Pusaka-Kuda, Pusaka-Permata, Pusaka-Perempuan, Pusaka-Perumahtangga, dan yang ketujuh, Pusaka-Penasihat. Ia memiliki lebih dari seribu putra yang adalah pahlawan-pahlawan, bersosok kuat, penakluk bala tentara musuh. Ia berdiam setelah menaklukkan tanah yang dikelilingi oleh lautan tanpa menggunakan tongkat atau pedang, melainkan dengan hukum. seperti Sutta 3, paragraf 1.5.
“Dan, setelah beberapa ratus tahun dan beberapa ribu tahun berlalu, Raja Daḷhanemi berkata kepada seseorang: “Anakku, jika engkau melihat Pusaka-Roda suci itu jatuh dari posisinya, laporkan kepadaku.” “Baik, Baginda”, jawab orang itu. Dan, setelah beberapa ratus tahun dan beberapa ribu tahun berlalu, orang itu melihat Pusaka-Roda suci itu jatuh dari posisinya. Melihat hal ini, ia melaporkan kepada Raja. Kemudian Raja Daḷhanemi, memanggil putra tertuanya, putra mahkota, dan berkata: “Putraku, Pusaka-Roda suci telah jatuh dari posisinya. Dan aku pernah mendengar bahwa jika hal ini terjadi pada seorang Raja Pemutar-Roda, ia tidak hidup lama lagi. Aku telah puas dengan kenikmatan manusiawi, sekarang adalah waktunya untuk mencari kenikmatan surgawi. Engkau, putraku, ambil-alihlah kendali atas wilayah yang dibatasi dengan lautan ini. Aku akan mencukur rambut dan janggutku, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah.” Dan, setelah mengangkat putera tertuanya menjadi raja selayaknya, Raja Daḷhanemi mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, dan meninggalkan kehidupan rumah tangga dan menjalani kehidupan tanpa rumah. Dan tujuh hari setelah sang raja meninggalkan keduniawian, Pusaka-Roda suci lenyap.
‘Kemudian seseorang mendatangi Raja Khattiya itu dan berkata: “Baginda, engkau harus tahu bahwa Pusaka-Roda suci telah lenyap.” Mendengar kata-kata ini Raja berduka dan bersedih. Ia mendatangi raja bijaksana dan memberitahukan berita itu. Dan sang raja bijaksana berkata kepadanya: “Anakku, engkau tidak perlu berduka dan merasa sedih karena lenyapnya Pusaka-Roda. Pusaka-Roda bukanlah warisan dari ayahmu. Tetapi sekarang, anakku, engkau harus merubah dirimu menjadi Ariya Pemutar-roda. Dan kemudian akan terjadi, jika engkau melakukan tugas-tugas seorang raja Ariya pemutar-roda, pada hari Uposatha tanggal lima belas, ketika engkau mencuci kepalamu dan naik ke teras di puncak istanamu untuk menjalankan hari Uposatha, Pusaka-Roda suci akan muncul bagimu, berjeruji seribu, lengkap dengan lingkar, sumbu dan segala hiasannya.”
“Tetapi apakah, Baginda, tugas-tugas seorang raja Ariya pemutar-roda?” “Yaitu, anakku: Engkau bergantung pada Dhamma, menghormatiNya, menghargaiNya, menyayangiNya, menyembahNya dan memujaNya, menjadikan Dhamma sebagai lencana dan spandukmu, mengakui Dhamma sebagai gurumu, engkau harus menegakkan penjagaan, pertahanan dan perlindungan sesuai Dhamma bagi rumah tanggamu, pasukanmu, para mulia dan bawahanmu, untuk para Brahmana dan perumah tangga, penduduk desa dan kota, para petapa dan Brahmana, binatang-binatang liar dan burung-burung. Jangan biarkan kejahatanmenyerang kerajaanmu, dan bagi mereka yang membutuhkan, berikan barang-barang kebutuhan mereka. Dan petapa dan Brahmana manapun dalam kerajaanmu yang meninggalkan nafsu indriawi dan menjalani praktik kesabaran dan kelembutan, masing-masing menjinakkan diri mereka, masing-masing menenangkan diri mereka dan masing-masing berusaha untuk mengakhiri ketagihan, jika dari waktu ke waktu mereka mengunjungimu dan berkonsultasi denganmu sehubungan dengan apa yang bermanfaat dan apa yang tidak bermanfaat, apa yang patut dicela dan apa yang tanpa cela, apa yang harus diikuti dan apa yang tidak boleh diikuti, dan perbuatan apa yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan kemalangan dan penderitaan, dan apa yang menghasilkan kesejahteraan dan kebahagiaan, maka engkau harus mendengarkan, dan memberitahu mereka agar menghindari kejahatan dan melakukan apa yang baik. Itu, anakku, adalah tugas seorang raja Ariya pemutar-roda.
‘“Baik, Baginda”, jawab Sang Raja itu, dan ia melakukan tugas-tugas seorang raja Ariya pemutar-roda. Dan karena ia melakukan hal itu, pada hari Uposatha tanggal lima belas, ketika ia mencuci kepalanya dan naik ke teras di puncak istananya untuk menjalankan hari Uposatha, Pusaka-Roda suci muncul dihadapannya, berjeruji seribu, lengkap dengan lingkar, sumbu dan segala hiasannya. Kemudian Sang Raja berpikir: “Aku telah mendengar bahwa ketika seorang Raja Khattiya yang sah melihat roda demikian pada hari Uposatha tanggal lima belas, ia akan menjadi seorang raja pemutar-roda. Semoga aku menjadi raja demikian!”
‘Kemudian, bangkit dari duduknya, menutupi satu bahunya dengan jubahnya, Raja mengambil kendi emas dengan tangan kirinya, memercikkan air ke roda itu dengan tangan kanannya, dan berkata: “Semoga Pusaka-Roda mulia berputar, semoga Pusaka-Roda mulia menaklukkan!” Roda itu bergerak ke timur, dan Raja mengikuti bersama empat barisan bala tentaranya. Dan di negeri mana pun Roda itu berhenti, Raja juga menetap di sana bersama empat barisan bala tentaranya. Dan raja-raja yang menentangnya di wilayah timur datang menghadapnya dan berkata: “Selamat datang, Baginda, Selamat datang! Kami adalah milikmu, Baginda, perintahlah kami, Baginda!” Dan Sang Raja berkata: “Jangan membunuh. Jangan mengambil apa yang tidak diberikan. Jangan melakukan hubungan seksual yang salah. Jangan berbohong. Jangan meminum minuman keras. Makanlah secukupnya.”Dan mereka yang menentangnya di wilayah timur menjadi taklukannya.
‘Kemudian Roda itu bergerak ke selatan, barat dan utara … seperti paragraf 6. Kemudian Pusaka-Roda, setelah menaklukkan wilayah-wilayah dari laut ke laut, kembali ke ibukota kerajaan dan berhenti di depan istana raja ketika Raja sedang memimpin persidangan, seolah-olah menghias istana kerajaan.
‘Dan raja pemutar-roda yang kedua melakukan hal yang sama, dan raja ketiga, keempat, kelima, keenam, dan raja ketujuh juga …memberitahu seseorang untuk melihat apakah Roda jatuh dari posisinya seperti paragraf 3. Dan tujuh hari sejak raja bijaksana pergi meninggalkan keduniawian, Roda itu lenyap.
‘Kemudian seseorang mendatangi Raja dan berkata: “Baginda, engkau harus tahu bahwa Pusaka-Roda suci telah lenyap.” Mendengar kata-kata ini Raja berduka dan bersedih. Tetapi ia tidak mendatangi raja bijaksana dan menanyakan tentang tugas-tugas seorang raja pemutar-roda. Sebaliknya, ia memerintah rakyatnya sesuka hatinya sendiri, dan, karena diperintah dengan cara demikian, rakyat tidak menjadi makmur seperti pada masa raja sebelumnya yang melakukan tugas-tugas seorang raja pemutar-roda. Kemudian para menteri, penasihat, pejabat keuangan, pengawal dan penjaga pintu, dan para pembaca mantra mendatangi Raja dan berkata: “Baginda, sejak engkau memerintah rakyat dengan sesuka hatimu, dan dengan cara yang berbeda dengan bagaimana kami diperintah oleh raja pemutar-roda sebelumnya, rakyat menjadi tidak makmur. Baginda, ada menteri-menteri … di dalam wilayahmu, termasuk kami, yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana seorang raja pemutar-roda memerintah. Tanyalah kami, Baginda, dan kami akan memberitahukan kepadamu!”
‘Kemudian Raja memerintahkan semua menteri dan yang lainnya berkumpul, dan berkonsultasi dengan mereka. Dan mereka menjelaskan kepadanya tugas-tugas seorang raja pemutar-roda. Dan, setelah mendengarkan mereka, Raja menegakkan penjagaan dan perlindungan, tetapi tidak memberikan persembahan kepada yang membutuhkan, dan sebagai akibatnya kemiskinan berkembang. Dengan meningkatnya kemiskinan, seseorang mengambil apa yang tidak diberikan, dengan demikian melakukan apa yang disebut pencurian. Mereka menangkapnya, dan membawanya ke hadapan Raja, dan berkata: “Baginda, orang ini mengambil apa yang tidak diberikan, yang disebut pencurian.” Raja berkata kepadanya: “Benarkah bahwa engkau mengambil apa yang tidak diberikan—yang disebut pencurian?” “Benar, Baginda.” “Mengapa?” “Baginda, aku tidak memiliki apapun untuk bertahan hidup.” Kemudian Raja memberikan orang itu harta, dan berkata: “Dengan ini, rakyatku, engkau dapat mempertahankan hidupmu, menyokong ibu dan ayahmu, menjaga istri dan anak-anak, jalankan usaha dan berilah persembahan kepada para petapa dan Brahmana, yang akan memajukan kesejahteraan spiritualmu dan mengarah menuju kelahiran kembali yang bahagia dengan hasil yang menyenangkan di alam surga.” “Baiklah, Baginda”, jawab orang itu.
‘Dan hal yang sama terjadi pada orang lainnya.
‘Kemudian orang-orang mendengar bahwa Raja memberikan harta kepada mereka yang mengambil apa yang tidak diberikan, dan mereka berpikir: “Bagaimana jika kita melakukan hal yang sama!” Dan kemudian seorang lainnya mengambil apa yang tidak diberikan, dan mereka membawanya ke hadapan Raja. Raja menanyakan mengapa ia melakukan hal itu, dan ia menjawab: “Baginda, aku tidak memiliki apapun untuk bertahan hidup.” Kemudian Raja berpikir: “Jika aku memberikan harta kepada setiap orang yang mengambil apa yang tidak diberikan, pencurian akan semakin meningkat. Lebih baik aku mengakhirinya, menghukumnya selamanya, dan memenggal kepalanya.” Maka ia memerintahkan orangnya: “Ikat kedua tangan orang ini di punggung dengan tali yang kuat, cukur rambutnya, dan arak dia dengan tabuhan genderang melalui jalan-jalan dan lapangan dan keluar melalui gerbang selatan, dan di sana hukum dia dengan hukuman terberat dan penggal kepalanya!” Dan mereka melakukan hal itu.
‘Mendengar hal ini, orang-orang berpikir: “Sekarang mari kita mengambil pedang tajam, dan kemudian kita dapat mengambil apa yang tidak diberikan dari siapa saja yang disebut pencurian, kita akan mengakhiri mereka, menghukum mereka selamanya dan memenggal kepala mereka.” Demikianlah, setelah mendapatkan pedang tajam, mereka melakukan pembunuhan-pembunuhan di desa-desa dan kota-kota, dan pergi menjadi perampok jalanan, membunuh korban mereka dengan memenggal kepala mereka.
‘Demikianlah, dari tidak memberikan kepada mereka yang membutuhkan, kemiskinan berkembang, dari meningkatnya kemiskinan, tindakan mengambil apa yang tidak diberikan meningkat, dari meningkatnya pencurian, penggunaan senjata meningkat, dari meningkatnya penggunaan senjata, pembunuhan meningkat—dan dari meningkatnya pembunuhan, umur kehidupan manusia menurun, kecantikan mereka memudar, dan sebagai akibat dari menurunnya umur kehidupan dan kecantikan ini, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya delapan puluh ribu tahun hanya hidup selama empat puluh ribu tahun.
‘Dan seseorang dari generasi yang hidup selama empat puluh ribu tahun itu mengambil apa yang tidak diberikan. Ia dibawa ke hadapan Raja, yang bertanya kepadanya: “Benarkah bahwa engkau mengambil apa yang tidak diberikan—yang disebut pencurian?” “Tidak, Baginda”, ia menjawab, dengan demikian ia dengan sengaja mengatakan kebohongan.
‘Demikianlah, dari tidak memberikan kepada mereka yang membutuhkan, … pembunuhan meningkat, dan dari pembunuhan, kebohongan meningkat, dari meningkatnya kebohongan, umur kehidupan manusia menurun, kecantikan mereka memudar. dan sebagai akibatnya, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya empat puluh ribu tahun hanya hidup selama dua puluh ribu tahun.
‘Dan seseorang dari generasi yang hidup selama dua puluh ribu tahun itu mengambil apa yang tidak diberikan. Orang lain melaporkan hal itu kepada Raja dengan mengatakan: “Baginda, orang itu telah mengambil apa yang tidak diberikan”, dengan demikian mengatakan kejahatan orang lain.
‘Demikianlah, dari tidak memberikan kepada mereka yang membutuhkan, … tindakan mengatakan kejahatan orang lain meningkat, dan sebagai akibatnya, umur kehidupan manusia menurun, kecantikan mereka memudar, dan sebagai akibatnya, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya dua puluh ribu tahun hanya hidup selama sepuluh ribu tahun.
‘Dan dari generasi yang hidup selama sepuluh ribu tahun itu, beberapa cantik dan beberapa buruk rupa. Dan mereka yang buruk rupa, karena iri terhadap mereka yang cantik, melakukan pelanggaran seksual dengan istri-istri orang lain.
Demikianlah, dari tidak memberikan kepada mereka yang membutuhkan, … pelanggaran seksual meningkat, dan sebagai akibatnya, umur kehidupan manusia menurun, kecantikan mereka memudar, dan sebagai akibatnya, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya sepuluh ribu tahun hanya hidup selama lima ribu tahun.
‘Dan dari generasi yang hidup selama lima ribu tahun itu, dua hal meningkat: ucapan kasar dan pembicaraan yang tidak bertujuan, dan sebagai akibatnya, umur kehidupan manusia menurun, kecantikan mereka memudar, dan sebagai akibatnya, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya lima ribu tahun , beberapa hidup selama dua ribu lima ratus tahun, dan beberapa hidup selama dua ribu tahun.
‘Dan dari generasi yang hidup selama dua ribu lima ratus tahun itu, iri-hati dan kebencian meningkat, dan sebagai akibatnya, umur kehidupan manusia menurun, kecantikan mereka memudar. dan sebagai akibatnya, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya dua ribu lima ratus tahun, hanya hidup selama seribu tahun.
‘Dan dari generasi yang hidup selama seribu tahun itu, pendapat-pendapat salahmeningkat … dan sebagai akibatnya, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya seribu tahun hanya hidup selama lima ratus tahun.
‘Dan dari generasi yang hidup selama lima ratus tahun itu, tiga hal meningkat: hubungan seksual sedarah, keserakahan berlebihan dan praktik-praktik menyimpang… dan sebagai akibatnya, anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya lima ratus tahun, beberapa hidup selama dua ratus lima puluh tahun, dan beberapa hidup selama dua ratus tahun.
‘Dan dari generasi yang hidup selama dua ratus lima puluh tahun itu, hal-hal ini meningkat: kurangnya hormat kepada ayah dan ibu, kepada para petapa dan Brahmana, dan kepada kepala-kepala suku.
Demikianlah, dari tidak memberikan kepada mereka yang membutuhkan, … kurangnya hormat kepada ayah dan ibu, kepada para petapa dan Brahmana, dan kepada kepala-kepala suku menjadi meningkat, dan sebagai akibatnya umur kehidupan dan kecantikan manusia menurun, dan anak-anak dari mereka yang umur kehidupannya dua setengah abad hanya hidup selama seratus tahun.
‘Para bhikkhu, akan tiba saatnya ketika anak-anak dari orang-orang ini memiliki umur kehidupan selama hanya sepuluh tahun. Dan bersama mereka, anak-anak perempuan akan menikah pada usia lima tahun. Dan bersama mereka, rasa-rasa kecapan ini akan lenyap: ghee, mentega, minyak-wijen, sirup dan garam. Di antara semua itu, padi-kudrūsa akan menjadi makanan pokok, seperti halnya nasi dan kari pada masa sekarang. Dan bersama mereka, sepuluh perbuatan bermoral akan lenyap sama sekali, dan sepuluh kejahatan akan meningkat pesat: karena mereka yang memiliki umur kehidupan sepuluh tahun, tidak memahami kata “moral”, jadi bagaimana mungkin ada orang yang dapat melakukan perbuatan bermoral? Orang-orang itu yang tidak menghormati ayah dan ibu, para petapa dan Brahmana, kepala-kepala suku, akan menjadi orang-orang yang menikmati kehormatan dan martabat. Seperti halnya sekarang orang-orang yang menghormati ayah dan ibu, para petapa dan Brahmana, kepala-kepala suku, dipuji dan dihormati, demikian pula halnya dengan mereka yang melakukan sebaliknya.
‘Di antara mereka yang memiliki umur kehidupan sepuluh tahun, tidak ada yang dianggap ibu atau bibi, saudara ibu, istri guru atau istri ayah dan lain-lain—semua dianggap sama di dunia ini seperti kambing dan domba, unggas dan babi, anjing dan serigala. Di antara mereka, permusuhan sengit akan terjadi satu sama lain, kebencian hebat, kemarahan sengit dan pikiran membunuh, ibu melawan anak dan anak melawan ibu, ayah melawan anak dan anak melawan ayah, saudara laki-laki melawan saudara laki-laki, saudara laki-laki melawan saudara perempuan, bagaikan pemburu yang merasakan kebencian terhadap binatang yang ia buru …
‘Dan bagi mereka yang memiliki umur kehidupan sepuluh tahun, akan terjadi suatu “interval-pedang”selama tujuh hari, selama itu mereka akan menganggap satu sama lain sebagai binatang buas. Dengan pedang tajam yang muncul di tangan mereka dan, berpikir: “Ada binatang buas!” mereka akan saling membunuh dengan pedang itu. Tetapi akan ada beberapa yang berpikir: “Mari kita menjaga agar jangan sampai membunuh atau terbunuh oleh siapapun! Mari kita pergi ke padang rumput atau hutan belantara atau rumpun pepohonan, ke sungai-sungai yang sulit diseberangi atau yang tidak terjangkau, dan hidup dari akar-akaran dan buah-buahan hutan.” Dan inilah yang mereka lakukan selama tujuh hari. Kemudian, di akhir dari tujuh hari itu, mereka akan keluar dari tempat persembunyian mereka dan bergembira, berkata: “Orang-orang baik, aku melihat bahwa engkau hidup!” Dan kemudian pikiran ini muncul dalam benak orang-orang itu: “Karena kita menyukai kejahatan sehingga kita menderita kehilangan keluarga kita, karena itu marilah kita sekarang berbuat baik! Hal baik apakah yang dapat kita lakukan? Mari kita menghindari pembunuhan—itu akan menjadi suatu praktik yang baik.” Dan demikianlah mereka menghindari pembunuhan, dan, setelah berusaha menerima hal-hal bermanfaat itu, mari mereka mempraktikkannya. Dan dengan berusaha menjalankan hal-hal bermanfaat itu, umur kehidupan dan kecantikan mereka meningkat. Dan anak-anak dari mereka yang memiliki umur kehidupan sepuluh tahun, hidup selama dua puluh tahun.
‘Kemudian orang-orang itu berpikir: “Karena melakukan praktik-praktik bermanfaat maka kita telah meningkat dalam hal umur kehidupan dan kecantikan, karena itu mari kita melakukan lebih banyak lagi praktik-praktik bermanfaat. Mari kita menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari melakukan hubungan seksual yang salah, menghindari berbohong, menghindari memfitnah, menghindari ucapan kasar, menghindari pembicaraan yang tidak berguna, menghindari keiri-hatian, menghindari permusuhan, menghindari pandangan salah, mari kita menghindari tiga hal ini: hubuangan seksual sedarah, keserakahan berlebihan, dan praktik-praktik menyimpang; mari kita menghormati ibu dan ayah kita, para petapa dan Brahmana, dan para pemimpin suku dan mari kita menekuni perbuatan-perbuatan bermanfaat ini.”
‘Dan demikianlah mereka melakukan hal-hal itu, dan karena itu mereka mengalami peningkatan dalam hal umur kehidupan dan kecantikan. Dan anak-anak dari mereka yang memiliki umur kehidupan dua puluh tahun, akan hidup selama empat puluh tahun, anak-anak mereka akan hidup selama delapan puluh tahun, anak-anak mereka hidup selama seratus enam puluh tahun, anak-anak mereka hidup selama tiga ratus dua puluh tahun, anak-anak mereka hidup selama enam ratus empat puluh tahun; anak-anak dari mereka yang memiliki umur kehidupan enam ratus empat puluh tahun, akan hidup selama dua ribu tahun, anak-anak mereka hidup selama empat ribu tahun, anak-anak mereka hidup selama delapan ribu tahun, dan anak-anak mereka hidup selama dua puluh ribu tahun. Anak-anak dari mereka yang memiliki umur kehidupan dua puluh ribu tahun, akan hidup selama empat puluh ribu tahun, anak-anak mereka hidup selama delapan puluh ribu tahun.
‘Di antara mereka yang memiliki umur kehidupan delapan puluh ribu tahun, anak-anak perempuan menikah dalam usia lima ratus tahun. Dan orang-orang pada masa itu hanya mengetahui tiga jenis penyakit: keserakahan, lapar dan usia tua. Dan pada masa itu, benua Jambudīpa akan kuat dan makmur, dan jarak antar desa dan kota hanya sejauh jarak terbang ayam antara satu sama lainnya. Jambudīpa ini seperti Avīci, ramai oleh manusia bagaikan hutan belantara yang dipenuhi tanaman merambat dan semak belukar. Pada masa itu, Vārāṇasisekarang adalah kota kerajaan yang bernama Ketumatī, kuat dan makmur, ramai oleh orang-orang dan memiliki persediaan yang sangat mencukupi. Di Jambudīpa akan terdapat delapan puluh empat ribu kota dengan Ketumatī sebagai ibukota kerajaan.
‘Dan pada masa itu ketika manusia memiliki umur kehidupan delapan puluh ribu tahun, akan muncul di ibukota Ketumatī seorang raja bernama saṅkha, seorang raja pemutar-roda, raja yang jujur dan adil, penakluk empat penjuru seperti paragraf 2.
‘Dan pada masa itu ketika manusia memiliki umur kehidupan delapan puluh ribu tahun, akan muncul di dunia ini Sang Tathāgata, seorang Arahant, Buddha yang mencapai penerangan sempurna bernama Metteyya, memiliki kebijaksanaan dan perilaku sempurna, Yang Sempurna menempuh Sang Jalan, Pengenal seluruh alam, Penjinak manusia yang dapat dijinakkan yang tiada bandingnya, guru para dewa dan manusia, Tercerahkan dan Suci, seperti halnya Aku sekarang ini. Beliau akan mengetahui segalanya dengan pengetahuan-superyang Beliau miliki, dan menyatakan, semesta ini dengan para dewa dan māra dan Brahmā, para petapa dan Brahmana, dan generasi ini dengan para raja dan umat manusia, seperti yang Kulakukan sekarang. Beliau akan mengajarkan Dhamma yang indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, dalam makna dan katanya, dan membabarkan, seperti yang Kulakukan sekarang, kehidupan suci dalam kesempurnaan dan kemurniannya. Ia akan diiringi oleh ribuan bhikkhu, seperti halnya Aku diiringi ratusan bhikkhu.
‘Kemudian Raja saṅkha membangun kembali istana yang pernah dibangun oleh Raja Mahā-Panādadan, setelah menetap di sana, akan melepaskannya dan mempersembahkannya kepada para petapa dan Brahmana, para pengemis, para pengembara, orang-orang miskin. Kemudian, setelah mencukur rambut dan janggutnya, ia akan mengenakan jubah kuning dan meninggalkan kehidupan rumah tangga untuk menjalani kehidupan tanpa rumah di bawah Buddha Metteyya yang tertinggi. Setelah meninggalkan keduniawian, ia akan menetap sendirian, dalam pengasingan, tekun, bersemangat dan bertekad, dan tidak lama kemudian ia akan mencapai dalam kehidupan ini juga, dengan pengetahuan-super dan tekadnya sendiri, tujuan kehidupan suci yang tiada bandingnya, yang dicari oleh para pemuda yang berasal dari keluarga yang baik yang meninggalkan rumah untuk menjalani kehidupan tanpa rumah, dan akan berdiam di sana.
‘Para bhikkhu, jadilah pulau bagi diri kalian sendiri, jadilah pelindung bagi dirimu sendiri, jangan ada perlindungan lainnya. Jadikan Dhamma sebagai pulau bagi dirimu, jadikan Dhamma sebagai pelindungmu, jangan ada perlindungan lain. Dan bagaimanakah seorang bhikkhu berdiam sebagai pulau bagi diri sendiri …? Di sini, seorang bhikkhu berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, dengan sadar jernih, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan kerinduandan kegelisahanterhadap dunia, ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan, … ia berdiam merenungkan pikiran sebagai pikiran, … ia berdiam merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran, tekun, sadar jernih, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan kerinduan dan kegelisahan terhadap dunia.
‘Peliharalah lahanmu sendiri, para bhikkhu, wilayah leluhurmu. Jika kalian melakukan hal itu, umur kehidupan kalian akan bertambah, kecantikan kalian akan meningkat, kebahagiaan kalian akan bertambah, kekayaan kalian akan bertambah, kekuatan kalian akan meningkat.
‘Dan apakah panjang kehidupan bagi seorang bhikkhu? Di sini, seorang bhikkhu mengembangkan jalan menuju kekuatan yaitu konsentrasi kehendak yang disertai upaya berkemauan, jalan menuju kekuatan yaitu konsentrasi kegigihan…, jalan menuju kekuatan yaitu konsentrasi kesadaran …, jalan menuju kekuatan yaitu konsentrasi penyelidikan yang disertai upaya berkemauan. Dengan seringmelatih empat jalan menuju kekuatan ini ia dapat, jika ia menginginkan, hidup selama satu abad, atau hingga akhir abad yang itu. Itu adalah apa yang Kusebut panjang kehidupan seorang bhikkhu.
‘Dan apakah kecantikan seorang bhikkhu? Di sini, seorang bhikkhu mempraktikkan perbuatan benar, terkendali sesuai disiplin, sempurna dalam perilaku dan kebiasaan, melihat bahaya dalam kesalahan terkecil, dan melatih diri dalam peraturan yang telah ia terima. Itu adalah kecantikan seorang bhikkhu.
‘Dan apakah kebahagiaan bagi seorang bhikkhu? Di sini, seorang bhikkhu, terlepas dari keinginan-indria … memasuki jhāna pertama, … seperti Sutta 22, paragraf 21, kedua, ketiga, jhāna keempat, … dimurnikan oleh keseimbangan dan perhatian. Ini adalah kebahagiaan bagi seorang bhikkhu.
‘Dan apakah kekayaan bagi seorang bhikkhu? Di sini, seorang bhikkhu, dengan pikiran penuh dengan cinta-kasih, berdiam meliputi satu arah, arah kedua, ketiga, keempat. Demikianlah ia berdiam meliputi seluruh dunia, ke atas, ke bawah, ke sekeliling—ke segala penjuru, selalu dengan pikiran penuh dengan cinta kasih, berlimpah, tanpa batas, tanpa kebencian atau permusuhan. Kemudian, dengan pikirannya penuh dengan belas-kasihan, … dengan pikirannya penuh dengan kegembiraan simpatik, … dengan pikirannya penuh dengan keseimbangan, … ia berdiam meliputiseluruh dunia, ke atas, ke bawah, ke sekeliling—ke segala penjuru, selalu dengan pikiran penuh dengan keseimbangan, berlimpah, tanpa batas, tanpa kebencian atau permusuhan. Ini adalah kekayaan bagi seorang bhikkhu.
‘Dan apakah kekuatan bagi seorang bhikkhu? Di sini, seorang bhikkhu, dengan hancurnya kekotoran, memasuki dan berdiam dalam kebebasan pikiran yang tanpa kekotoran dan kebebasan melalui kebijaksanaan yang telah ia capai, dalam kehidupan ini, dengan pengetahuan-super dan realisasinya sendiri. Itu adalah kekuatan bagi seorang bhikkhu.
‘Para bhikkhu, aku tidak menganggap kekuatan apapunyang begitu sulit ditaklukkan seperti kekuatan Māra. Hanya dengan membangun kondisi-kondisi bermanfaat maka jasa ini dapat meningkat.’
Demikianlah Sang Bhagavā berbicara, dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.
- Long Discourses 26
The Wheel-Turning Monarch
1. Taking Refuge in Oneself
So I have heard. At one time the Buddha was staying in the land of the Magadhans at Mātulā. There the Buddha addressed the mendicants, “Mendicants!”
“Venerable sir,” they replied. The Buddha said this:
“Mendicants, live as your own island, your own refuge, with no other refuge. Let the teaching be your island and your refuge, with no other refuge. And how does a mendicant do this? They meditate observing an aspect of the body—keen, aware, and mindful, rid of desire and aversion for the world. They meditate observing an aspect of feelings … mind … principles—keen, aware, and mindful, rid of desire and aversion for the world. That’s how a mendicant lives as their own island, their own refuge, with no other refuge. That’s how they let the teaching be their island and their refuge, with no other refuge.
You should roam inside your own territory, the domain of your fathers. If you roam inside your own territory, the domain of your fathers, Māra won’t catch you or get hold of you. It is due to undertaking skillful qualities that this merit grows.
2. King Daḷhanemi
Once upon a time, mendicants, there was a king named Daḷhanemi who was a wheel-turning monarch, a just and principled king. His dominion extended to all four sides, he achieved stability in the country, and he possessed the seven treasures. He had the following seven treasures: the wheel, the elephant, the horse, the jewel, the woman, the treasurer, and the counselor as the seventh treasure. He had over a thousand sons who were valiant and heroic, crushing the armies of his enemies. After conquering this land girt by sea, he reigned by principle, without rod or sword.
Then, after many years, many hundred years, many thousand years had passed, King Daḷhanemi addressed one of his men, ‘My good man, when you see that the heavenly wheel-treasure has receded back from its place, please tell me.’
‘Yes, Your Majesty,’ replied that man.
After many thousand years had passed, that man saw that the heavenly wheel-treasure had receded back from its place. So he went to King Daḷhanemi and said, ‘Please sire, you should know that your heavenly wheel-treasure has receded back from its place.’
So the king summoned the crown prince and said, ‘Dear prince, my heavenly wheel-treasure has receded back from its place. I’ve heard that when this happens to a wheel-turning monarch, he does not have long to live. I have enjoyed human pleasures. Now it is time for me to seek heavenly pleasures. Come, dear prince, rule this land surrounded by ocean! I shall shave off my hair and beard, dress in ocher robes, and go forth from the lay life to homelessness.’
And so, after carefully instructing the crown prince in kingship, King Daḷhanemi shaved off his hair and beard, dressed in ocher robes, and went forth from the lay life to homelessness. Seven days later the heavenly wheel-treasure vanished.
Then a certain man approached the newly anointed aristocrat king and said, ‘Please sire, you should know that the heavenly wheel-treasure has vanished.’ At that the king was unhappy and experienced unhappiness. He went to the royal sage and said, ‘Please sire, you should know that the heavenly wheel-treasure has vanished.’
When he said this, the royal sage said to him, ‘Don’t be unhappy at the vanishing of the wheel-treasure. My dear, the wheel-treasure is not inherited from your father. Come now, my dear, implement the noble duties of a wheel-turning monarch. If you do so, it’s possible that—on a fifteenth day sabbath, having bathed your head and gone upstairs in the royal longhouse to observe the sabbath—the heavenly wheel-treasure will appear to you, with a thousand spokes, with rim and hub, complete in every detail.’
2.1. The Noble Duties of a Wheel-Turning Monarch
‘But sire, what are the noble duties of a wheel-turning monarch?’
‘Well then, my dear, relying only on principle—honoring, respecting, and venerating principle, having principle as your flag, banner, and authority—provide just protection and security for your court, troops, aristocrats, vassals, brahmins and householders, people of town and country, ascetics and brahmins, beasts and birds. Do not let injustice prevail in the realm. Pay money to the penniless in the realm.
And there are ascetics and brahmins in the realm who avoid intoxication and negligence, are settled in patience and gentleness, and who tame, calm, and extinguish themselves. From time to time you should go up to them and ask: “Sirs, what is skillful? What is unskillful? What is blameworthy? What is blameless? What should be cultivated? What should not be cultivated? Doing what leads to my lasting harm and suffering? Doing what leads to my lasting welfare and happiness?” Having heard them, you should reject what is unskillful and undertake and follow what is skillful.
These are the noble duties of a wheel-turning monarch.’
2.2. The Wheel-Treasure Appears
‘Yes, Your Majesty,’ replied the new king to the royal sage. And he implemented the noble duties of a wheel-turning monarch.
While he was implementing them, on a fifteenth day sabbath, he had bathed his head and gone upstairs in the royal longhouse to observe the sabbath. And the heavenly wheel-treasure appeared to him, with a thousand spokes, with rim and hub, complete in every detail. Seeing this, the king thought, ‘I have heard that when the heavenly wheel-treasure appears to a king in this way, he becomes a wheel-turning monarch. Am I then a wheel-turning monarch?’
Then the anointed king, rising from his seat and arranging his robe over one shoulder, took a ceremonial vase in his left hand and besprinkled the wheel-treasure with his right hand, saying, ‘Roll forth, O wheel-treasure! Triumph, O wheel-treasure!’
Then the wheel-treasure rolled towards the east. And the king followed it together with his army of four divisions. In whatever place the wheel-treasure stood still, there the king came to stay together with his army. And any opposing rulers of the eastern quarter came to the wheel-turning monarch and said, ‘Come, great king! Welcome, great king! We are yours, great king, instruct us.’ The wheel-turning monarch said, ‘Do not kill living creatures. Do not steal. Do not commit sexual misconduct. Do not lie. Do not drink alcohol. Maintain the current level of taxation.’ And so the opposing rulers of the eastern quarter became his vassals.
Then the wheel-treasure, having plunged into the eastern ocean and emerged again, rolled towards the south. … Having plunged into the southern ocean and emerged again, it rolled towards the west. …
Having plunged into the western ocean and emerged again, it rolled towards the north, followed by the king together with his army of four divisions. In whatever place the wheel-treasure stood still, there the king came to stay together with his army. And any opposing rulers of the northern quarter came to the wheel-turning monarch and said, ‘Come, great king! Welcome, great king! We are yours, great king, instruct us.’ The wheel-turning monarch said, ‘Do not kill living creatures. Do not steal. Do not commit sexual misconduct. Do not lie. Do not drink alcohol. Maintain the current level of taxation.’ And so the rulers of the northern quarter became his vassals.
And then the wheel-treasure, having triumphed over this land surrounded by ocean, returned to the royal capital. There it stood still by the gate to the royal compound at the High Court as if fixed to an axle, illuminating the royal compound.
3. On Subsequent Wheel-Turning Monarchs
And for a second time, and a third, a fourth, a fifth, a sixth, and a seventh time, a wheel-turning monarch was established in exactly the same way. And after many years the seventh wheel-turning monarch went forth, handing the realm over to the crown prince.
Seven days later the heavenly wheel-treasure vanished.
Then a certain man approached the newly anointed aristocrat king and said, ‘Please sire, you should know that the heavenly wheel-treasure has vanished.’ At that the king was unhappy and experienced unhappiness. But he didn’t go to the royal sage and ask about the noble duties of a wheel-turning monarch. He just governed the country according to his own ideas. So governed, the nations did not prosper like before, as they had when former kings implemented the noble duties of a wheel-turning monarch.
Then the ministers and counselors, the treasury officials, military officers, guardsmen, and advisers gathered and said to the king, ‘Sire, when governed according to your own ideas, the nations do not prosper like before, as they did when former kings implemented the noble duties of a wheel-turning monarch. In your realm are found ministers and counselors, treasury officials, military officers, guardsmen, and advisers—both ourselves and others—who remember the noble duties of a wheel-turning monarch. Please, Your Majesty, ask us about the noble duties of a wheel-turning monarch. We will answer you.’
4. On the Period of Decline
So the anointed king asked the assembled ministers and counselors, treasury officials, military officers, guardsmen, and advisers about the noble duties of a wheel-turning monarch. And they answered him. But after listening to them, he didn’t provide just protection and security. Nor did he pay money to the penniless in the realm. And so poverty grew widespread.
When poverty was widespread, a certain person stole from others, with the intention to commit theft. They arrested him and presented him to the king, saying, ‘Your Majesty, this person stole from others with the intention to commit theft.’
The king said to that person, ‘Is it really true, mister, that you stole from others with the intention to commit theft?’
‘It’s true, sire.’
‘What was the reason?’
‘Sire, I can’t survive.’
So the king paid some money to that person, saying, ‘With this money, mister, keep yourself alive, and provide for your mother and father, partners and children. Work for a living, and establish an uplifting religious donation for ascetics and brahmins that’s conducive to heaven, ripens in happiness, and leads to heaven.’
‘Yes, Your Majesty,’ replied that man.
But then another man stole something from others. They arrested him and presented him to the king, saying, ‘Your Majesty, this person stole from others.’
The king said to that person, ‘Is it really true, mister, that you stole from others?’
‘It’s true, sire.’
‘What was the reason?’
‘Sire, I can’t survive.’
So the king paid some money to that person, saying, ‘With this money, mister, keep yourself alive, and provide for your mother and father, partners and children. Work for a living, and establish an uplifting religious donation for ascetics and brahmins that’s conducive to heaven, ripens in happiness, and leads to heaven.’
‘Yes, Your Majesty,’ replied that man.
People heard about this: ‘It seems the king is paying money to anyone who steals from others!’ It occurred to them, ‘Why don’t we steal from others?’ So then another man stole something from others.
They arrested him and presented him to the king, saying, ‘Your Majesty, this person stole from others.’
The king said to that person, ‘Is it really true, mister, that you stole from others?’
‘It’s true, sire.’
‘What was the reason?’
‘Sire, I can’t survive.’
Then the king thought, ‘If I pay money to anyone who steals from others, it will only increase the stealing. I’d better make an end of this person, finish him off, and chop off his head.’
Then he ordered his men, ‘Well then, my men, tie this man’s arms tightly behind his back with a strong rope. Shave his head and march him from street to street and square to square to the beating of a harsh drum. Then take him out the south gate and make an end of him, finish him off, and chop off his head.’
‘Yes, Your Majesty,’ they replied, and did as he commanded.
People heard about this: ‘It seems the king is chopping the head off anyone who steals from others!’ It occurred to them, ‘We’d better have sharp swords made. Then when we steal from others, we’ll make an end of them, finish them off, and chop off their heads.’ They had sharp swords made. Then they started to make raids on villages, towns, and cities, and to infest the highways. And they chopped the heads off anyone they stole from.
And so, mendicants, from not paying money to the penniless, poverty became widespread. When poverty was widespread, theft became widespread. When theft was widespread, swords became widespread. When swords were widespread, killing living creatures became widespread. And for the sentient beings among whom killing was widespread, their lifespan and beauty declined. Those people lived for 80,000 years, but their children lived for 40,000 years.
Among the people who lived for 40,000 years, a certain person stole something from others. They arrested him and presented him to the king, saying, ‘Your Majesty, this person stole from others.’
The king said to that person, ‘Is it really true, mister, that you stole from others?’
‘No, sire,’ he said, deliberately lying.
And so, mendicants, from not paying money to the penniless, poverty, theft, swords, and killing became widespread. When killing was widespread, lying became widespread. And for the sentient beings among whom lying was widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for 40,000 years had children who lived for 20,000 years.
Among the people who lived for 20,000 years, a certain person stole something from others. Someone else reported this to the king, ‘Your Majesty, such-and-such person stole from others,’ he said, going behind his back.
And so, mendicants, from not paying money to the penniless, poverty, theft, swords, killing, and lying became widespread. When lying was widespread, backbiting became widespread. And for the sentient beings among whom backbiting was widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for 20,000 years had children who lived for 10,000 years.
Among the people who lived for 10,000 years, some were more beautiful than others. And the ugly beings, coveting the beautiful ones, committed adultery with others’ wives.
And so, mendicants, from not paying money to the penniless, poverty, theft, swords, killing, lying, and backbiting became widespread. When backbiting was widespread, sexual misconduct became widespread. And for the sentient beings among whom sexual misconduct was widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for 10,000 years had children who lived for 5,000 years.
Among the people who lived for 5,000 years, two things became widespread: harsh speech and talking nonsense. For the sentient beings among whom these two things were widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for 5,000 years had some children who lived for 2,500 years, while others lived for 2,000 years.
Among the people who lived for 2,500 years, desire and ill will became widespread. For the sentient beings among whom desire and ill will were widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for 2,500 years had children who lived for 1,000 years.
Among the people who lived for 1,000 years, wrong view became widespread. For the sentient beings among whom wrong view was widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for 1,000 years had children who lived for five hundred years.
Among the people who lived for five hundred years, three things became widespread: illicit desire, immoral greed, and wrong thoughts. For the sentient beings among whom these three things were widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for five hundred years had some children who lived for two hundred and fifty years, while others lived for two hundred years.
Among the people who lived for two hundred and fifty years, three things became widespread: lack of due respect for mother and father, ascetics and brahmins, and failure to honor the elders in the family.
And so, mendicants, from not paying money to the penniless, all these things became widespread—poverty, theft, swords, killing, lying, backbiting, sexual misconduct, harsh speech and talking nonsense, desire and ill will, wrong view, illicit desire, immoral greed, and wrong thoughts, and lack of due respect for mother and father, ascetics and brahmins, and failure to honor the elders in the family. For the sentient beings among whom these things were widespread, their lifespan and beauty declined. Those people who lived for two hundred and fifty years had children who lived for a hundred years.
5. When People Live for Ten Years
There will come a time, mendicants, when these people will have children who live for ten years. Among the people who live for ten years, girls will be marriageable at five. The following flavors will disappear: ghee, butter, oil, honey, molasses, and salt. The best kind of food will be finger millet, just as fine rice with meat is the best kind of food today.
The ten ways of doing skillful deeds will totally disappear, and the ten ways of doing unskillful deeds will explode in popularity. Those people will not even have the word ‘skillful’, still less anyone who does what is skillful. And anyone who disrespects mother and father, ascetics and brahmins, and fails to honor the elders in the family will be venerated and praised, just as the opposite is venerated and praised today.
There’ll be no recognition of the status of mother, aunts, or wives and partners of teachers and respected people. The world will become promiscuous, like goats and sheep, chickens and pigs, and dogs and jackals.
They’ll be full of hostility towards each other, with acute ill will, malevolence, and thoughts of murder. Even a mother will feel like this for her child, and the child for its mother, father for child, child for father, brother for sister, and sister for brother. They’ll be just like a deer hunter when he sees a deer—full of hostility, ill will, malevolence, and thoughts of killing.
Among the people who live for ten years, there will be an interregnum of swords lasting seven days. During that time they will see each other as beasts. Sharp swords will appear in their hands, with which they’ll take each other’s life, crying, ‘It’s a beast! It’s a beast!’
But then some of those beings will think, ‘Let us neither be perpetrators nor victims! Why don’t we hide in thick grass, thick jungle, thick trees, inaccessible riverlands, or rugged mountains and survive on forest roots and fruits?’ So that’s what they do.
When those seven days have passed, having emerged from their hiding places and embraced each other, they will come together in one voice and cry, ‘How fantastic, dear being, you live! How fantastic, dear being, you live!’
6. The Period of Growth
Then those beings will think, ‘It’s because we undertook unskillful things that we suffered such an extensive loss of our relatives. We’d better do what’s skillful. What skillful thing should we do? Why don’t we refrain from killing living creatures? Having undertaken this skillful thing we’ll live by it.’ So that’s what they do. Because of undertaking this skillful thing, their lifespan and beauty will grow. Those people who live for ten years will have children who live for twenty years.
Then those beings will think, ‘Because of undertaking this skillful thing, our lifespan and beauty are growing. Why don’t we do even more skillful things? What skillful thing should we do? Why don’t we refrain from stealing … sexual misconduct … lying … backbiting … harsh speech … and talking nonsense. Why don’t we give up covetousness … ill will … wrong view … three things: illicit desire, immoral greed, and wrong thoughts. Why don’t we pay due respect to mother and father, ascetics and brahmins, honoring the elders in our families? Having undertaken this skillful thing we’ll live by it.’ So that’s what they do.
Because of undertaking this skillful thing, their lifespan and beauty will grow. Those people who live for twenty years will have children who live for forty years. Those people who live for forty years will have children who live for eighty years, then a hundred and sixty years, three hundred and twenty years, six hundred and forty years, 2,000 years, 4,000 years, 8,000 years, 20,000 years, 40,000 years, and finally 80,000 years. Among the people who live for 80,000 years, girls will be marriageable at five hundred.
7. The Time of King Saṅkha
Among the people who live for 80,000 years, there will be just three afflictions: greed, starvation, and old age. India will be successful and prosperous. The villages, towns, and capital cities will be no more than a chicken’s flight apart. And the land will be as crowded as hell, just full of people, like a thicket of rushes or reeds. The royal capital will be our Benares, but renamed Ketumati. And it will be successful, prosperous, populous, full of people, with plenty of food. There will be 84,000 cities in India, with the royal capital of Ketumati foremost.
And in the royal capital of Ketumati a king named Saṅkha will arise, a wheel-turning monarch, a just and principled king. His dominion will extend to all four sides, he will achieve stability in the country, and possess the seven treasures. He will have the following seven treasures: the wheel, the elephant, the horse, the jewel, the woman, the treasurer, and the counselor as the seventh treasure. He will have over a thousand sons who are valiant and heroic, crushing the armies of his enemies. After conquering this land girt by sea, he will reign by principle, without rod or sword.
8. The Arising of the Buddha Metteyya
And the Blessed One named Metteyya will arise in the world—perfected, a fully awakened Buddha, accomplished in knowledge and conduct, holy, knower of the world, supreme guide for those who wish to train, teacher of gods and humans, awakened, blessed—just as I have arisen today. He will realize with his own insight this world—with its gods, Māras and Brahmās, this population with its ascetics and brahmins, gods and humans—and make it known to others, just as I do today. He will teach the Dhamma that’s good in the beginning, good in the middle, and good in the end, meaningful and well-phrased. And he will reveal a spiritual practice that’s entirely full and pure, just as I do today. He will look after a Saṅgha of many thousand mendicants, just as I look after a Saṅgha of many hundreds today.
Then King Saṅkha will have the sacrificial post that had been built by King Mahāpanāda raised up. After staying there, he will give it away to ascetics and brahmins, paupers, vagrants, travelers, and beggars. Then, having shaved off his hair and beard and dressed in ocher robes, he will go forth from the lay life to homelessness in the Buddha Metteyya’s presence. Soon after going forth, living withdrawn, diligent, keen, and resolute, he will realize the supreme end of the spiritual path in this very life. He will live having achieved with his own insight the goal for which gentlemen rightly go forth from the lay life to homelessness.
Mendicants, live as your own island, your own refuge, with no other refuge. Let the teaching be your island and your refuge, with no other refuge. And how does a mendicant do this? It’s when a mendicant meditates by observing an aspect of the body—keen, aware, and mindful, rid of desire and aversion for the world. They meditate observing an aspect of feelings … mind … principles—keen, aware, and mindful, rid of desire and aversion for the world. That’s how a mendicant lives as their own island, their own refuge, with no other refuge. That’s how they let the teaching be their island and their refuge, with no other refuge.
9. On Long Life and Beauty for Mendicants
Mendicants, you should roam inside your own territory, the domain of your fathers. Doing so, you will grow in life span, beauty, happiness, wealth, and power.
And what is long life for a mendicant? It’s when a mendicant develops the basis of psychic power that has immersion due to enthusiasm, and active effort. They develop the basis of psychic power that has immersion due to energy, and active effort. They develop the basis of psychic power that has immersion due to mental development, and active effort. They develop the basis of psychic power that has immersion due to inquiry, and active effort. Having developed and cultivated these four bases of psychic power they may, if they wish, live on for the eon or what’s left of the eon. This is long life for a mendicant.
And what is beauty for a mendicant? It’s when a mendicant is ethical, restrained in the monastic code, conducting themselves well and seeking alms in suitable places. Seeing danger in the slightest fault, they keep the rules they’ve undertaken. This is beauty for a mendicant.
And what is happiness for a mendicant? It’s when a mendicant, quite secluded from sensual pleasures, secluded from unskillful qualities, enters and remains in the first absorption, which has the rapture and bliss born of seclusion, while placing the mind and keeping it connected. As the placing of the mind and keeping it connected are stilled, they enter and remain in the second absorption … third absorption … fourth absorption. This is happiness for a mendicant.
And what is wealth for a mendicant? It’s when a monk meditates spreading a heart full of love to one direction, and to the second, and to the third, and to the fourth. In the same way above, below, across, everywhere, all around, they spread a heart full of love to the whole world—abundant, expansive, limitless, free of enmity and ill will. They meditate spreading a heart full of compassion … rejoicing … equanimity to one direction, and to the second, and to the third, and to the fourth. In the same way above, below, across, everywhere, all around, they spread a heart full of equanimity to the whole world—abundant, expansive, limitless, free of enmity and ill will. This is wealth for a mendicant.
And what is power for a mendicant? It’s when a mendicant realizes the undefiled freedom of heart and freedom by wisdom in this very life. And they live having realized it with their own insight due to the ending of defilements. This is power for a mendicant.
Mendicants, I do not see a single power so hard to defeat as the power of Māra. It is due to undertaking skillful qualities that this merit grows.”
That is what the Buddha said. Satisfied, the mendicants were happy with what the Buddha said.