Sigalovada Sutta – DN31
Sigālaka Sutta
31. Kepada Sigālaka
Nasihat kepada Umat Awam
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Rājagaha, di Taman SuakaTupai di Hutan Bambu. Pada saat itu Sigālaka putra seorang perumah tangga, setelah bangun pagi dan keluar dari Rājagaha, sedang menyembah, dengan pakaian dan rambut basah dan tangan dirangkapkan, ke arah yang berbeda-beda: ke timur, selatan, barat dan utara, ke bawah dan ke atas.
Dan Sang Bhagavā, setelah bangun pagi dan merapikan jubah, membawa jubah dan mangkukNya pergi ke Rājagaha untuk menerima dana makanan. Dan melihat Sigālaka menyembah arah yang berbeda-beda, Beliau berkata: ‘Putra perumah tangga, mengapa engkau bangun pagi untuk menyembah arah yang berbeda-beda?’ ‘Bhagavā, ayahku, ketika menjelang meninggal dunia, menyuruhku melakukan hal ini. Dan karena itu, Bhagavā, demi hormatku kepada kata-kata ayahku, yang sangat kuhargai, kuhormati dan kusucikan, aku bangun pagi dan menyembah dengan cara ini ke enam arah.’ ‘Tetapi, putra perumah tangga, itu bukanlah cara yang benar dalam menyembah enam arah menurut disiplin Ariya.’ ‘Jadi, Bhagavā, bagaimanakah seharusnya seseorang menyembah ke enam arah menurut disiplin Ariya? Baik sekali jika Bhagavā mengajariku cara yang benar dalam menyembah enam arah menurut disiplin Ariya.’ ‘Dengarkanlah, perhatikanlah, dan Aku akan berbicara.’ ‘Baik, Bhagavā’, jawab Sigalaka, dan Sang Bhagavā berkata:
‘Perumah tangga muda, adalah dengan meninggalkan empat kekotoran perbuatan, dengan tidak melakukan kejahatan dari empat penyebab, dengan tidak mengikuti enam cara membuang-buang harta seseorang- dengan menghindari empat belas kejahatan ini—maka siswa Ariya mencakup enam arah, dan dengan praktik demikian menjadi seorang penakluk dari dua alam, sehingga semuanya akan berjalan lancar baginya baik di alam ini maupun di alam berikutnya, dan saat hancurnya jasmani, setelah kematian ia akan pergi ke alam bahagia, alam surga.
‘Apakah empat kekotoran perbuatan yang harus ditinggalkan? Pertama adalah membunuh, kedua adalah mengambil apa yang tidak diberikan, ketiga adalah pelanggaran seksual, keempat adalah berbohong. Ini adalah empat kekotoran perbuatan yang harus ditinggalkan.’ Demikianlah Sang Bhagavā berkata.
Dan setelah Yang Sempurna menempuh Sang Jalan berbicara, Sang Guru menambahkan:
‘Membunuh dan mencuri, berbohong,
Pelanggaran seksual, dicela oleh para bijaksana.
‘Apakah empat penyebab kejahatan yang harus ia hindari? Kejahatan yang muncul dari kemelekatan, muncul dari kebencian, muncul dari kebodohan, muncul dari ketakutan. Jika seorang siswa Ariya tidak bertindak karena kemelekatan, kebencian, kebodohan atau ketakutan, maka ia tidak akan melakukan kejahatan yang disebabkan oleh salah satu dari empat penyebab ini.’ Demikianlah Sang Bhagavā berkata.
Dan setelah Yang Sempurna menempuh Sang Jalan berbicara, Sang Guru menambahkan:
‘Keinginan dan kebencian, ketakutan dan kebodohan:
Ia yang melanggar hukum karena hal-hal ini,
Kehilangan reputasi baiknya
Seperti bulan pada paruh penyusutan.
Keinginan dan kebencian, ketakutan dan kebodohan,
Ia yang tidak pernah menyerah pada hal-hal ini,
Tumbuh dalam kebaikan dan reputasi
Seperti bulan pada paruh pengembangan.
‘Dan apakah enam cara membuang-buang harta seseorang yang tidak boleh diikuti? Ketagihan pada minuman keras dan obat-obatan yang menyebabkan kelambanan adalah cara pertama menghabiskan harta, berkeliaran di jalanan pada waktu yang tidak tepat adalah cara kedua, mengunjungi tempat hiburan adalah cara ketiga, ketagihan berjudi adalah cara keempat, bergaul dengan teman-teman jahat adalah cara kelima, kemalasan yang menjadi kebiasaan adalah cara keenam.
‘Ada enam bahaya yang terdapat dalam ketagihan pada minuman keras dan obat-obatan yang menyebabkan kelambanan: menghabiskan uang yang ada sekarang, meningkatkan pertengkaran, mengalami penyakit, kehilangan nama baik, membuka rahasiaburukseseorang, dan melemahkan kecerdasan.
‘Ada enam bahaya yang terdapat dalam keterikatan pada perbuatan berkeliaran di jalanan pada waktu yang tidak tepat: seseorang tidak memiliki pertahanan dan tanpa perlindungan, dan demikian pula dengan istri dan anak-anaknya, dan demikian pula dengan hartanya; ia dicurigai atas suatu tindak kejahatan, dan ia bisa menjadi korban laporan palsu, dan ia mengalami segala jenis ketidaknyamanan.
‘Ada enam bahaya yang terdapat dalam kebiasaan mengunjungi tempat hiburan: [seseorang selalu berpikir:] “Di manakah tariannya? Di manakah nyanyiannya? Di manakah mereka memainkan musik? Di manakah mereka bercerita? Di manakah tepuk tangannya?Di manakah genderangnya?”
‘Ada enam bahaya yang terdapat dalam perjudian: pemenangnya akan dimusuhi, yang kalah meratapi kekalahannya, ia menghilangkan kekayaannya yang ada sekarang, kata-katanya tidak dipercaya di dalam suatu perkumpulan, ia dipandang rendah oleh teman-teman dan rekan-rekannya, tidak ada orang yang mau menikah dengannya, karena seorang penjudi tidak akan mampu memelihara seorang istri.
‘Ada enam bahaya yang terdapat dalam pergaulan dengan teman-teman jahat: para penjudi, orang rakus, pemabuk, pembohong, penipu, pengganggumenjadi teman-temannya.
‘Ada enam bahaya yang terdapat dalam kemalasan: Berpikir: “Terlalu dingin”, ia tidak bekerja; berpikir: “Terlalu panas”, ia tidak bekerja; berpikir: “Terlalu pagi”, ia tidak bekerja; berpikir “Terlalu larut”, ia tidak bekerja; berpikir: “Aku terlalu lapar”, ia tidak bekerja; berpikir: “Aku terlalu kenyang”, ia tidak bekerja.’ Demikianlah Sang Bhagavā berkata.
Dan setelah Yang Sempurna menempuh Sang Jalan berbicara, Sang Guru menambahkan:
‘Beberapa adalah teman-minum, dan beberapa
Menyatakan persahabatannya di depanmu,
Tetapi mereka yang adalah teman-teman di saat engkau membutuhkan,
Merekalah sahabat sejati.
Tidur larut malam, melakukan pelanggaran seksual,
Bertengkar, melakukan kekejaman,
Teman-teman jahat dan kekikiran,
Enam hal ini menghancurkan seseorang.
Ia yang bergaul dengan teman-teman jahat
Dan menghabiskan waktunya melakukan perbuatan-perbuatan jahat,
Di alam ini dan di alam berikutnya juga
Orang itu akan menderita kesengsaraan.
Berjudi, prostitusi, dan bermabukan juga,
Menari, menyanyi, tidur di siang hari,
Berkeliaran pada waktu yang salah, bergaul dengan teman-teman jahat
Dan kekikiran menghancurkan seseorang.
Ia bermain dadu dan meminum minuman keras
Dan bepergian bersama istri-istri orang lain.
Ia mengambil jalan yang rendah, hina,
Dan memudar seperti bulan pada paruh penyusutan.
Pemabuk, hancur dan jatuh miskin,
Semakin banyak minum semakin haus,
Bagaikan batu di dalam air akan tenggelam,
Segera ia akan kehilangan sanak-saudaranya.
Ia yang menghabiskan hari-hari siangnya dalam tidur,
Dan terjaga pada malam hari,
Menyukai kemabukan dan prostitusi,
Tidak mampu mempertahankan rumah yang layak.
“Terlalu dingin! Terlalu panas! Terlalu larut!” mereka mengeluh,
Kemudian mengesampingkanpekerjaan mereka,
Hingga setiap kesempatan yang telah mereka miliki
Untuk melakukan kebajikan terlepaskan.
Tetapi ia yang menganggap dingin dan panas
Tidak berarti apa-apa, dan seperti seorang laki-laki
Melaksanakan tugas-tugasnya,
Kegembiraannya tidak akan berkurang.
‘Putra perumah tangga, ada empat jenis ini yang dapat terlihat sebagai musuh dalam samaran teman: pertama adalah orang yang mengambil seluruhnya, ke dua adalah orang yang banyak bicara, ketiga adalah orang yang suka menyanjung, dan keempat adalah teman dalam berfoya-foya.
‘Orang yang mengambil seluruhnya dapat dilihat sebagai seorang teman palsu untuk empat alasan: ia mengambil semuanya, ia menginginkan banyak dengan mengeluarkan sedikit, apa yang harus ia lakukan, ia lakukan karena takut, dan ia mencari demi dirinya sendiri.
‘Orang yang banyak bicara dapat dilihat sebagai seorang teman palsu untuk empat alasan: ia suka membicarakan masa lampau, dan masa depan, ia mengucapkan omong kosong tentang belas kasihan, dan ketika sesuatu harus dikerjakansekarang, ia mengaku tidak mampu karena suatu bencana.
‘Orang yang suka menyanjung dapat dilihat sebagai seorang teman palsu untuk empat alasan: ia menyetujui perbuatan jahat, ia menolak perbuatan baik, ia memujimu di hadapanmu, dan ia mencelamu di belakangmu.
‘Teman dalam berfoya-foya dapat dilihat sebagai seorang teman palsu untuk empat alasan: ia mendampingimu ketika engkau sedang meminum minuman keras, ketika engkau sedang berkeliaran di jalan pada waktu yang tidak tepat, ketika engkau mengunjungi tempat hiburan, dan ketika engkau sedang berjudi.’ Demikianlah Sang Bhagavā berkata.
Dan setelah Yang Sempurna menempuh Sang Jalan berbicara, Sang Guru menambahkan:
‘Teman yang mencari apa yang dapat ia peroleh,
Teman yang mengucapkan omong-kosong,
Teman yang sekedar menyanjungmu,
Teman yang mendampingi dalam berfoya-foya:
Empat ini adalah musuh yang sesungguhnya, bukan teman.
Ia yang bijaksana, mengenali ini,
Harus menjauhkan diri dari mereka
Seperti dari jalan yang menakutkan.
‘Putra perumah tangga, ada empat jenis ini yang dapat terlihat sebagai teman setia:pertama adalah teman yang suka membantu, kedua adalah teman yang bersikap sama dalam saat-saat bahagia maupun tidak bahagia, ke tiga adalah teman yang menunjukkan apa yang baik bagimu, dan keempat adalah teman simpatik.
‘Teman yang suka membantu dapat dilihat sebagai seorang teman setia dalam empat cara: ia menjagamu ketika engkau lengah, ia menjaga hartamu ketika engkau lengah, ia adalah pelindung ketika engkau ketakutan, dan ketika suatu pekerjaan telah selesai, ia membiarkan engkau memiliki dua kali dari yang engkau minta.
‘Teman yang bersikap sama dalam saat-saat bahagia maupun tidak bahagia dapat dilihat sebagai seorang teman setia dalam empat cara: ia memberitahukan rahasianya kepadamu, ia menjaga rahasiamu, ia tidak akan membiarkanmu ketika engkau mengalami kemalangan, ia bahkan akan mengorbankan hidupnya demi engkau.
‘Teman teman yang menunjukkan apa yang baik bagimu dapat dilihat sebagai seorang teman setia dalam empat cara: ia mencegahmu melakukan kejahatan, ia mendukungmu melakukan kebaikan, ia memberitahukan apa yang tidak engkau ketahui, dan ia menunjukkan jalan menuju alam surga.
‘Teman simpatik dapat dilihat sebagai seorang teman setia dalam empat cara: ia tidak bergembira di atas kemalanganmu, ia bergembira di atas keberuntunganmu, ia menghentikan mereka yang mencelamu dan ia menghargaimereka yang memujimu.’ Demikianlah Sang Bhagavā berkata.
Dan setelah Yang Sempurna menempuh Sang Jalan berbicara, Sang Guru menambahkan:
‘Teman yang suka membantu dan
Teman di saat bahagia dan tidak bahagia,
Teman yang menunjukkan jalan yang benar,
Teman yang bersimpati:
Empat jenis teman ini oleh ia yang bijaksana
Harus diketahui nilai sesungguhnya, dan ia
Harus menghargai mereka dengan sepenuh hati, bagaikan
Seorang ibu terhadap anak kesayangannya.
Sang bijaksana yang terlatih dan disiplin
Bersinar bagaikan mercusuar,
Ia mengumpulkan kekayaan bagaikan lebah
Mengumpulkan madu, dan kekayaannya terus tumbuh
Bagaikan gundukan sarang semut yang semakin tinggi.
Dengan kekayaan yang diperolehnya, seorang duniawi
Dapat mengabdikan diri demi kebaikan orang banyak.
Ia harus membagi kekayaannya menjadi empat
(Ini akan sangat bermanfaat)
Sebagian boleh ia nikmati sesuka hatinya,
Dua bagian harus digunakan untuk pekerjaan,
Bagian keempat harus disimpan
Sebagai cadangan pada saat dibutuhkan.
‘Dan bagaimanakah, putra perumah tangga, siswa Ariya melindungi enam penjuru? Enam hal ini harus dianggap sebagai enam penjuru. Timur merupakan ibu dan ayah. Selatan adalah guru-guru, barat adalah istri dan anak-anak. Utara merupakan teman-teman dan rekan-rekan. Bawah adalah para pelayan, pekerja dan pembantu. Atas adalah para petapa dan Brahmana.
‘Ada lima cara bagi seorang putra untuk melayani ibu dan ayahnya sebagai arah timur. [Ia harus berpikir:] “Setelah disokong mereka, aku harus menyokong mereka. Aku harus melakukan tugas-tugas mereka untuk mereka. Aku harus menjaga tradisi keluarga. Aku akan layak atas warisanku. Setelah orangtuaku meninggal dunia aku akan membagikan persembahan mewakili mereka.”Dan ada lima cara oleh orangtua, yang dilayani demikian oleh putra mereka sebagai arah timur, akan membalas: mereka harus menjauhkannya dari kejahatan, mendukungnya dalam melakukan kebaikan, mengajarinya suatuketerampilan, mencarikan istri yang pantas dan, pada waktunya mewariskan warisan kepadanya. Dengan demikian arah timur telah dicakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan di arah itu.
‘Ada lima cara bagi seorang murid untuk melayani guru-guru mereka sebagai arah selatan: dengan bangkit menyapa mereka, dengan merawatmereka, dengan memberikan perhatian, dengan melayani mereka, dengan menguasai keterampilan yang mereka ajarkan. Dan ada lima cara bagi guru yang dilayani demikian oleh murid mereka sebagai arah selatan, dapat membalas: mereka akan memberikan instruksi yang menyeluruh, memastikan mereka menangkap apa yang seharusnya mereka tangkap, memberikan landasan menyeluruh terhadap semua keterampilan, merekomendasikan murid-murid mereka kepada teman dan rekan mereka, dan memberikan keamanan di segala penjuru. Dengan demikian arah selatantelah dicakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan di arah itu.
‘Ada lima cara bagi seorang suami untuk melayani istri mereka sebagai arah barat: dengan menghormatinya, dengan tidak meremehkannya, dengan setia kepadanya, dengan memberikan kekuasaan kepadanya, dengan memberikan perhiasan kepadanya. Dan ada lima cara bagi seorang istri yang dilayani demikian sebagai arah barat, dapat membalas: dengan melakukan pekerjaannya dengan benar, dengan bersikap baik kepada para pelayan, dengan setia kepadanya, dengan menjaga tabungan, dan dengan terampil dan rajin dalam semua yang harus ia lakukan. Dengan demikian arah barat telah dicakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan di arah itu.
‘Ada lima cara bagi seseorang untuk melayani teman dan rekan mereka sebagai arah utara: dengan pemberian, dengan kata-kata yang baik, dengan menjaga kesejahteraan mereka, dengan memperlakukan mereka seperti diri sendiri, dengan menepati janjinya. Dan ada lima cara bagi teman dan rekan, yang dilayani demikian sebagai arah utara, dapat membalas: dengan menjaganya saat ia lengah, dengan menjaga hartanya saat ia lengah, dengan menjadi pelindung baginya saat ia ketakutan, dengan tidak meninggalkannya saat ia berada dalam masalah, dan dengan menunjukkan perhatian terhadap anak-anaknya. Dengan demikian arah utara telah dicakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan di arah itu.
‘Ada lima cara bagi seorang majikan untuk melayani para pelayan dan para pekerjanya sebagai arah bawah: dengan mengatur pekerjaan mereka sesuai kekuatan mereka, dengan memberikan makan dan upah, dengan merawat mereka ketika mereka sakit, dengan berbagi makanananlezat dengan mereka, dan dengan memberikan hari libur pada waktu yang tepat. Dan ada lima cara bagi para pelayan dan para pekerja, yang dilayani demikian sebagai arah bawah, dapat membalas: dengan bangun tidur lebih pagi daripada majikannya, dengan pergi tidur lebih larut daripada majikannya, mengambil hanya apa yang diberikan, melakukan tugas-tugas mereka dengan benar, dan menjadi pembawa pujian dan reputasi baik bagi majikannya. Dengan demikian arah bawah telah dicakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan di arah itu.
‘Ada lima cara bagi seseorang untuk melayani para petapa dan Brahmana mereka sebagai arahatas: dengan bersikap baik dalam jasmani, ucapan dan pikiran, dengan membuka pintu bagi kedatangan mereka, dengan memberikan barang-barang kebutuhan fisik mereka. Dan ada lima cara bagi para petapa dan Brahmana, yang dilayani demikian sebagai arah atas, dapat membalas: mereka akan menjauhkannya dari kejahatan, mendukungnya dalam melakukan kebaikan, berbelas kasihan kepadanya, mengajarinya apa yang belum pernah ia dengar, dan menunjukkan jalan menuju alam surga. Dengan demikian arah atas telah dicakup, memberikan kedamaian dan bebas dari ketakutan di arah itu. Demikianlah Sang Bhagavā berkata.
Dan setelah Yang Sempurna menempuh Sang Jalan berbicara, Sang Guru menambahkan:
‘Ibu, ayah di arah timur,
Para guru di arah selatan,
Istri dan anak-anak di arah barat,
Teman dan rekan di arah utara.
Para pelayan dan pekerja di bawah,
Para petapa dan Brahmana di atas.
Arah-arah ini harus
Dihormati oleh seorang yang baik.
Ia yang bijaksana dan disiplin,
Baik hati dan cerdas,
Rendah hati, bebas dari keangkuhan,
Seorang demikianakan mendapatkan keuntungan.
Bangun pagi, mencemoohkemalasan,
Tidak tergoyahkan oleh kemalangan,
Berperilaku tidak tercela, cerdas,
Seorang demikianakan mendapatkan keuntungan.
Bergaul dengan teman-teman, dan memelihara mereka.
Menyambut kedatangan mereka, tidak menjadi tuan rumah yang kikir,
seorang penuntun, guru dan teman,
seorang demikianakan mendapatkan keuntungan.
Memberikan persembahan dan berkata-kata yang baik,
Menjalani kehidupan demi kesejahteraan orang lain,
Tidak membeda-bedakan dalam segala hal,
Tidak memihak menuruti tuntutansituasi:
Hal-hal ini membuat dunia berputar
Bagaikan sumbu roda kereta.
Jika hal-hal demikian tidak ada,
Tidak ada ibu yang akan mendapatkan dari anaknya,
Penghormatan dan penghargaan,
Tidak juga ayah, sebagaimana seharusnya mereka dapatkan.
Tetapi karena kualitas-kualitas ini dianut
Oleh para bijaksana dengan penuh hormat,
Maka hal-hal ini terlihat menonjol
Dan sangat dipuji oleh semua.’
Mendengar kata-kata ini Sigālaka berkata kepada Sang Bhagavā: ‘Sungguh menakjubkan, Bhagavā, bagus sekali! Bagaikan seseorang yang menegakkan apa yang terbalik, atau menunjukkan jalan bagi ia yang tersesat, atau menyalakan pelita di dalam gelap, sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat apa yang ada di sana. Demikian pula Yang Mulia Gotama telah membabarkan Dhamma dalam berbagai cara. Sudilah Yang Mulia Gotama menerimaku sejak hari ini sebagai seorang siswa-awam hingga akhir hidupku!’
Long Discourses 31
Advice to Sigālaka
So I have heard. At one time the Buddha was staying near Rājagaha, in the Bamboo Grove, the squirrels’ feeding ground. Now at that time the householder’s son Sigālaka rose early and left Rājagaha. With his clothes and hair all wet, he raised his joined palms to revere the quarters—east, south, west, north, below, and above.
Then the Buddha robed up in the morning and, taking his bowl and robe, entered Rājagaha for alms. He saw Sigālaka revering the quarters and said to him, “Householder’s son, why are you revering the quarters in this way?”
“Sir, on his deathbed my father said to me: ‘My dear, please revere the quarters.’ Honoring, respecting, and venerating my father’s words, I rose early and left Rājagaha and, with my clothes and hair all wet, raised my joined palms to revere the quarters—east, south, west, north, below, and above.”
1. The Six Quarters
“Householder’s son, that’s not how the six quarters should be revered in the training of the Noble One.”
“But sir, how should the six quarters be revered in the training of the Noble One? Sir, please teach me this.”
“Well then, householder’s son, listen and pay close attention, I will speak.”
“Yes, sir,” replied Sigālaka. The Buddha said this:
“Householder’s son, a noble disciple gives up four corrupt deeds, doesn’t do bad deeds on four grounds, and avoids six drains on wealth. When they’ve left these fourteen bad things behind they have the six quarters covered. They’re practicing to win in both worlds, and they succeed in this world and the next. When their body breaks up, after death, they’re reborn in a good place, a heavenly realm.
2. Four Corrupt Deeds
What four corrupt deeds have they given up? Killing living creatures, stealing, sexual misconduct, and lying: these are corrupt deeds. These are the four corrupt deeds they’ve given up.”
That is what the Buddha said. Then the Holy One, the Teacher, went on to say:
“Killing, stealing,
telling lies,
and committing adultery:
astute people don’t praise these things.”
3. Four Grounds
“On what four grounds do they not do bad deeds? One does bad deeds prejudiced by favoritism, hostility, stupidity, and cowardice. When a noble disciple is not prejudiced by favoritism, hostility, stupidity, and cowardice, they don’t do bad deeds on these four grounds.”
That is what the Buddha said. Then the Holy One, the Teacher, went on to say:
“If you act against the teaching
out of favoritism, hostility, cowardice, or stupidity,
your fame shrinks,
like the moon in the waning fortnight.
If you don’t act against the teaching
out of favoritism, hostility, cowardice, and stupidity,
your fame swells,
like the moon in the waxing fortnight.”
4. Six Drains on Wealth
“What six drains on wealth do they avoid? Habitually engaging in the following things is a drain on wealth: drinking alcohol; roaming the streets at night; frequenting festivals; gambling; bad friends; laziness.
5. Six Drawbacks of Drinking
There are these six drawbacks of habitually drinking alcohol. Immediate loss of wealth, promotion of quarrels, susceptibility to illness, disrepute, indecent exposure; and weakened wisdom is the sixth thing. These are the six drawbacks of habitually drinking alcohol.
6. Six Drawbacks of Roaming the Streets at Night
There are these six drawbacks of roaming the streets at night. Yourself, your partners and children, and your property are all left unguarded. You’re suspected of bad deeds. Untrue rumors spread about you. You’re at the forefront of many things that entail suffering. These are the six drawbacks of roaming the streets at night.
7. Six Drawbacks of Festivals
There are these six drawbacks of frequenting festivals. You’re always thinking: ‘Where’s the dancing? Where’s the singing? Where’s the music? Where are the stories? Where’s the applause? Where are the kettledrums?’ These are the six drawbacks of frequenting festivals.
8. Six Drawbacks of Gambling
There are these six drawbacks of habitually gambling. Victory breeds enmity. The loser mourns their money. There is immediate loss of wealth. A gambler’s word carries no weight in public assembly. Friends and colleagues treat them with contempt. And no-one wants to marry a gambler, for they think: ‘This individual is a gambler—they’re not able to support a partner.’ These are the six drawbacks of habitually gambling.
9. Six Drawbacks of Bad Friends
There are these six drawbacks of bad friends. You become friends and companions with those who are addicts, carousers, drunkards, frauds, swindlers, and thugs. These are the six drawbacks of bad friends.
10. Six Drawbacks of Laziness
There are these six drawbacks of habitual laziness. You don’t get your work done because you think: ‘It’s too cold! It’s too hot. It’s too late! It’s too early! I’m too hungry! I’m too full!’ By dwelling on so many excuses for not working, you don’t make any more money, and the money you already have runs out. These are the six drawbacks of habitual laziness.”
That is what the Buddha said. Then the Holy One, the Teacher, went on to say:
“Some are just drinking buddies,
some call you their dear, dear friend,
but a true friend is one
who stands by you in need.
Sleeping late, adultery,
making enemies, harmfulness,
bad friends, and avarice:
these six grounds ruin a person.
With bad friends, bad companions,
bad behavior and alms-resort,
a man falls to ruin
in both this world and the next.
Dice, women, drink, song and dance;
sleeping by day and roaming at night;
bad friends, and avarice:
these six grounds ruin a person.
They play dice and drink liquor,
and consort with women loved by others.
Associating with the worse, not the better,
they diminish like the waning moon.
A drunkard, broke, and destitute,
thirsty, drinking in the bar,
drowning in debt,
will quickly lose their way.
When you’re in the habit of sleeping late,
seeing night as time to rise,
and always getting drunk,
you can’t keep up the household life.
‘Too cold, too hot,
too late,’ they say.
When the young neglect their work like this,
riches pass them by.
But one who considers heat and cold
as nothing more than blades of grass—
he does his duties as a man,
and happiness never fails.”
11. Fake Friends
“Householder’s son, you should recognize these four enemies disguised as friends: the taker, the talker, the flatterer, the spender.
You can recognize a fake friend who’s all take on four grounds.
Your possessions end up theirs.
Giving little, they expect a lot.
They do their duty out of fear.
They associate for their own advantage.
You can recognize a fake friend who’s all take on these four grounds.
You can recognize a fake friend who’s all talk on four grounds. They’re hospitable in the past. They’re hospitable in the future. They’re full of meaningless pleasantries. When something needs doing in the present they point to their own misfortune. You can recognize a fake friend who’s all talk on these four grounds.
You can recognize a fake friend who’s a flatterer on four grounds. They support you equally in doing bad and doing good. They praise you to your face, and put you down behind your back. You can recognize a fake friend who’s a flatterer on these four grounds.
You can recognize a fake friend who’s a spender on four grounds. They accompany you when drinking, roaming the streets at night, frequenting festivals, and gambling. You can recognize a fake friend who’s a spender on these four grounds.”
That is what the Buddha said. Then the Holy One, the Teacher, went on to say:
“One friend is all take,
another all talk;
one’s just a flatterer,
and one’s a friend who spends.
An astute person understands
these four enemies for what they are
and keeps them at a distance,
as they’d shun a risky road.”
12. Good-Hearted Friends
“Householder’s son, you should recognize these four good-hearted friends: the helper, the friend in good times and bad, the counselor, and the one who’s compassionate.
You can recognize a good-hearted friend who’s a helper on four grounds. They guard you when you’re negligent. They guard your property when you’re negligent. They keep you safe in times of danger. When something needs doing, they supply you with twice the money you need. You can recognize a good-hearted friend who’s a helper on these four grounds.
You can recognize a good-hearted friend who’s the same in good times and bad on four grounds. They tell you secrets. They keep your secrets. They don’t abandon you in times of trouble. They’d even give their life for your welfare. You can recognize a good-hearted friend who’s the same in good times and bad on these four grounds.
You can recognize a good-hearted friend who’s a counselor on four grounds. They keep you from doing bad. They support you in doing good. They teach you what you do not know. They explain the path to heaven. You can recognize a good-hearted friend who’s a counselor on these four grounds.
You can recognize a good-hearted friend who’s compassionate on four grounds. They don’t delight in your misfortune. They delight in your good fortune. They keep others from criticizing you. They encourage praise of you. You can recognize a good-hearted friend who’s compassionate on these four grounds.”
That is what the Buddha said. Then the Holy One, the Teacher, went on to say:
“A friend who’s a helper,
one the same in both pleasure and pain,
a friend of good counsel,
and one of compassion;
an astute person understands
these four friends for what they are
and carefully looks after them,
like a mother the child at her breast.
The astute and virtuous
shine like a burning flame.
They pick up riches as bees
roaming round pick up pollen.
And their riches proceed to grow,
like an ant-hill piling up.
In gathering wealth like this,
a householder does enough for their family.
And they’d hold on to friends
by dividing their wealth in four.
One portion is to enjoy.
Two parts invest in work.
And the fourth should be kept
for times of trouble.”
13. Covering the Six Quarters
“And how, householder’s son, does a noble disciple cover the six quarters? These six quarters should be recognized: parents as the east, teachers as the south, partner and children as the west, friends and colleagues as the north, bondservants and workers as beneath, and ascetics and brahmins as above.
A child should serve their parents as the eastern quarter in five ways, thinking: ‘I will support those who supported me. I’ll do my duty for them. I’ll maintain the family traditions. I’ll take care of the inheritance. When they have passed away, I’ll make an offering on their behalf.’ Parents served by the children in these five ways show compassion to them in five ways. They keep them from doing bad. They support them in doing good. They train them in a profession. They connect them with a suitable partner. They transfer the inheritance in due time. Parents served by their children in these five ways show compassion to them in these five ways. And that’s how the eastern quarter is covered, kept safe and free of peril.
A student should serve their teacher as the southern quarter in five ways: by rising for them, by serving them, by listening well, by looking after them, and by carefully learning their profession. Teachers served by their students in these five ways show compassion to them in five ways. They make sure they’re well trained and well educated. They clearly explain all the knowledge of the profession. They introduce them to their friends and colleagues. They provide protection in every region. Teachers served by their students in these five ways show compassion to them in these five ways. And that’s how the southern quarter is covered, kept safe and free of peril.
A husband should serve his wife as the western quarter in five ways: by treating her with honor, by not looking down on her, by not being unfaithful, by relinquishing authority to her, and by presenting her with adornments. A wife served by her husband in these five ways shows compassion to him in five ways. She’s well-organized in her work. She manages the domestic help. She’s not unfaithful. She preserves his earnings. She’s deft and tireless in all her duties. A wife served by her husband in these five ways shows compassion to him in these five ways. And that’s how the western quarter is covered, kept safe and free of peril.
A gentleman should serve his friends and colleagues as the northern quarter in five ways: giving, kindly words, taking care, equality, and not using tricky words. Friends and colleagues served by a gentleman in these five ways show compassion to him in five ways. They guard him when they’re negligent. They guard his property when they’re negligent. They keep him safe in times of danger. They don’t abandon him in times of trouble. They honor his descendants. Friends and colleagues served by a gentleman in these five ways show compassion to him in these five ways. And that’s how the northern quarter is covered, kept safe and free of peril.
A master should serve their bondservants and workers as the lower quarter in five ways: by organizing work according to ability, by paying food and wages, by nursing them when sick, by sharing special treats, and by giving time off work. Bondservants and workers served by a master in these five ways show compassion to him in five ways. They get up first, and go to bed last. They don’t steal. They do their work well. And they promote a good reputation. Bondservants and workers served by a master in these five ways show compassion to him in these five ways. And that’s how the lower quarter is covered, kept safe and free of peril.
A gentleman should serve ascetics and brahmins as the upper quarter in five ways: by loving deeds of body, speech, and mind, by not turning them away at the gate, and by providing them with material needs. Ascetics and brahmins served by a gentleman in these five ways show compassion to him in five ways. They keep him from doing bad. They support him in doing good. They think of him with kindly thoughts. They teach him what he does not know. They clarify what he’s already learned. They explain the path to heaven. Ascetics and brahmins served by a gentleman in these five ways show compassion to him in these five ways. And that’s how the upper quarter is covered, kept safe and free of peril.”
That is what the Buddha said. Then the Holy One, the Teacher, went on to say:
“Parents are the east,
teachers the south,
wives and child the west,
friends and colleagues the north,
servants and workers below,
and ascetics and brahmins above.
By honoring these quarters
a householder does enough for their family.
The astute and the virtuous,
the gentle and the articulate,
the humble and the kind:
they’re the kind who win glory.
The diligent, not lazy,
those not disturbed by troubles,
those consistent in conduct, the intelligent:
they’re the kind who win glory.
The inclusive, the makers of friends,
the bountiful, those rid of stinginess,
those who lead, train, and persuade:
they’re the kind who win glory.
Giving and kindly words,
taking care here,
and treating equally in worldly conditions,
as befits them in each case;
these ways of being inclusive in the world
are like a moving chariot’s linchpin.
If there were no such ways of being inclusive,
neither mother nor father
would be respected and honored
for what they’ve done for their children.
But since these ways of being inclusive do exist,
the astute do regard them well,
so they achieve greatness
and are praised.”
When this was said, Sigālaka the householder’s son said to the Buddha, “Excellent, sir! Excellent! As if he were righting the overturned, or revealing the hidden, or pointing out the path to the lost, or lighting a lamp in the dark so people with good eyes can see what’s there, the Buddha has made the teaching clear in many ways. I go for refuge to the Buddha, to the teaching, and to the mendicant Saṅgha. From this day forth, may the Buddha remember me as a lay follower who has gone for refuge for life.”